Diamonds Are Forever mungkin menjadi film James Bond yang paling banyak mendapat antusiasme kala itu. Pasalnya, film yang rilis pada akhir tahun 1971 ini kembali menjadikan Sean Connery sebagai pemeran tokoh utama, James Bond sang agen 007. Akan tetapi, apakah film ini dapat menjawab pasar dan tuntutan dalam dunia perfilman ketika itu? Kita akan mengetahuinya dalam tulisan Review Diamonds Are Forever berikut ini.
Sinopsis Diamonds Are Forever
James Bond (Sean Connery) sedang berusaha membalas dendam atas kematian istrinya, Tracy. Bingung? Anda akan memahami jika menonton film sebelumnya, On Her Majesty’s Secret Service. Bond berhasil melacak dan membunuh Ernst Stavro Blofeld (Charles Gray), pemimpin organisasi penjahat SPECTRE, di sebuah pabrik di Jepang.
Table of Contents
Kemudian, Bond kembali ke London dan segera mendapat tugas baru dari M (Bernard Lee). Ia harus menyelidiki peredaran berlian palsu yang memiliki kemungkinan terkait dengan konstruksi senjata nuklir rahasia. Maka, Bond pun mengikuti jejak berlian tersebut hingga ke Amsterdam dan bertemu dengan seorang penipu wanita cantik bernama Tiffany Case (Jill St. John), yang tanpa sengaja terlibat dalam peredaran berlian palsu.
Jejak berlian kemudian membawa Bond ke Las Vegas, menemui seorang pemilik kasino eksentrik bernama Willard Whyte (Jimmy Dean). Bond menduga Dean memiliki keterkaitan dengan peredaran berlian. Bond juga menghadapi duo wanita kuat yang bekerja untuk Blofeld, yaitu Bambi dan Thumper, dalam pertarungan yang spektakuler di apartemen mereka.
Saat menyelidiki lebih lanjut, Bond menemukan bahwa Blofeld masih hidup dan berencana menggunakan berlian palsu dalam memprogram sebuah satelit yang dapat mengarahkan sinar laser ke target di bumi. Gilanya, Blofeld berencana menggunakan satelit ini untuk mencuri senjata nuklir dan memeras dunia. Bond harus menghentikan rencana jahat Blofeld sebelum terlambat.
Bond melakukan penyamaran dengan mengambil tempat dua peneliti berlian. Lalu, ia menyusup ke markas Blofeld di sebuah kapal pesiar mewah di lepas pantai California. Di sana, Bond menemukan bahwa Blofeld telah menciptakan sejumlah klon dirinya sendiri. Bond menghadapi ancaman, perangkap, dan bahaya yang terus meningkat saat ia berusaha menggagalkan rencana jahat Blofeld.
Kelebihan Film Diamonds Are Forever
Kembalinya Sean Connery
Salah satu poin penting dalam film ini adalah kembalinya Sean Connery sebagai James Bond setelah sebelumnya dia menyatakan bahwa dia tidak ingin lagi memerankan peran tersebut. Kehadiran kembali Connery memberikan rasa nostalgia kepada penggemar dan memungkinkan film untuk menjaga keterkaitannya dengan seri sebelumnya.
Memang, kita tidak bisa memungkiri bahwa Connery adalah Bond dan Bond adalah Connery. Setidaknya, pada waktu itu. Di masa kini, kita mungkin akan merasakan hal yang sama seperti penggemar James Bond ketika itu saat mendapati aktor lain menggantikan Johnny Depp sebagai pemeran Kapten Jack Sparrow pada satu sekuel. Lalu, Depp kembali menjadi Jack pada sekuel berikutnya.
Aksi yang Bagus
Berikutnya, kita akan kembali mendapatkan aksi yang khas dari film-film James Bond di sini. Seperti, penganiayaan, pertarungan, dan pengejaran yang pastinya cukup spektakuler. Pertarungan Bond dengan Bambi dan Thumper di apartemen mereka, serta aksi di kapal pesiar, adalah beberapa contoh adegan aksi yang mencolok dalam film ini. Tentunya Connery yang kembali memerankan Bond juga menampilkan performa terbaiknya dalam setiap adegan tersebut.
Musik yang Konsisten
Kita telah mengetahui bahwa John Barry telah lama menjadi komposer musik untuk seri James Bond. Musiknya tetap menghadirkan nuansa yang akrab dalam film-film Bond. Pastinya, keselarasan dan harmoni dalam musik garapan Barry itu sangat mendukung suasana aksi dan momen-momen dramatis dalam cerita. Bahkan, Barry memboyong kembali Shirley Bassey, yang muncul dalam Goldfinger sebagai penyanyi lagu tema.
Lokasi yang Beragam
Sepertinya, saya perlu memasukkan hal ini sebagai salah satu unsur kelebihan film, walaupun tidak sempurna. film ini membawa penonton ke berbagai lokasi menarik, seperti Las Vegas, Amsterdam, dan kapal pesiar mewah. Hasilnya, variasi dalam latar belakang seperti ini memberikan keberagaman visual dan secara otomatis menambah daya tarik film.
Di samping itu, meskipun tidak cukup lama, kita masih melihat keterkaitan film ini dengan seri sebelumnya di bagian awal film. Hal itu membuktikan keterkaitan antara cerita dalam sekuel ini dengan sebelumnya. Keterkaitan yang merupakan hasil dari memasukkan sebuah latar yang sesuai.
Kelemahan Film Diamonds Are Forever
Cerita yang Kurang Kreatif
Meskipun film ini menampilkan aksi dan intrik khas James Bond, beberapa kritikus menganggap alur ceritanya kurang kreatif dan terasa lebih sederhana bila kita membandingkannya dengan film Bond yang lain. Ringkasnya, pada waktu itu, Goldfinger masih menjadi semacam standar untuk mengukur kualitas dan konsistensi film-film James Bond. Selain itu, beberapa unsur dalam jalan cerita dan kejutan-kejutan dalam film ini terasa dipaksakan. Khususnya, pada paruh kedua film.
Terlalu Banyak Humor
Humor dapat menjadi bagian penting dari sebuah cerita. Tidak sedikit film action yang kita saksikan pun memasukkan sisi humor di dalamnya. Namun, beberapa kritikus merasa bahwa film ini terlalu berlebihan dalam memasukkan humornya. Beberapa lelucon mungkin terasa lebih datar atau mengganggu alur cerita daripada menyegarkan.
Karakter Blofeld yang Lemah
Blofeld, yang merupakan salah satu antagonis paling ikonik dalam dunia James Bond. Namun, ini adalah film ketiga di mana kita menemukan tiga orang berbeda yang memerankan tokoh tersebut. Sayangnya, Blofield dalam film ini memiliki karakterisasi yang lebih lemah. Mungkin, hal ini berkaitan dengan pemerannya yang terus berganti.
Secara personal, ketika melakukan review Diamonds Are Forever, saya merasa tidak terlalu bermasalah dengan siapa pun pemeran Blofield karena semuanya telah menampilkan performa yang maksimal dalam masing-masing sekuelnya. Namun, saya belum menemukan penggambaran yang benar-benar menjadi ciri khas dari Blofield sampai seri ketiga penampilan karakter ini.
Nuansa yang Kurang Jelas
Beberapa kritikus mengatakan bahwa film ini cukup kesulitan menemukan nuansa yang konsisten. Khususnya, dalam hal latar yang sangat berpengaruh dalam membentuk suasananya. Contohnya, menampilkan Las Vegas sebagai latar menjadikan sisi klasik dari film ini cukup tereduksi.
Selain itu, penggabungan elemen-elemen aksi, drama, dan humor di dalamnya juga kurang proporsional sehingga membuat beberapa bagian terasa tidak selaras dengan yang lain.
Terakhir, kita perlu mengingat bahwa pandangan terhadap kelebihan maupun kelemahan dalam sebuah karya seni bisa bervariasi. Oleh karena itu, apa yang Anda baca dalam tulisan ini tidak mungkin mencerminkan opini semua orang, kecuali saya atau kami sebagai tim dari poin.win.
Dalam akhir review Diamonds Are Forever ini, saya hanya bisa menyampaikan bahwa film ini merupakan film James Bond terakhir bagi Sean Connery secara resmi. Film ini pun memastikan namanya tetap mendapatkan rasa hormat di hati setiap penggemar James Bond sebagai pemeran agen 007 terbaik sepanjang masa.