Review Film Black Panther

Review Film Black Panther 2018

  • Ide Cerita
  • Cinematografi
  • Akting
  • Musik
4.8/5Overall Score
Specs
  • Sutradara: Ryan Coogler
  • Skenario: Ryan Coogler dan Joe Robert Cole
  • Rilis: 23 Januari 2018
  • Produksi: Marvel Studios
Pros
  • Spesial efek memukau
  • Akting pemeran sangat baik
  • Musik dan sound track sangat mendukung
  • Mengangkat latar dan kearifan budaya lokal
Cons
  • Ide cerita terlalu biasa
  • Jalan cerita terlalu lambat
  • Kurang unsur humor
  • Pengenalan karakter agak berlebihan

Black Panther merupakan film superhero Amerika Serikat yang memasuki pasaran pada tahun 2018. Film ini adalah film kedelapan belas dari Marvel Cinematic Universe. Ryan Coogler yang bertindak sebagai sutradara sekalligus penulis skenario bersama Joe Robert Cole. Chadwick Boseman yang memerankan T’Challa / Black Panther, bersama dengan Michael B. Jordan, Lupita Nyong’o, serta sederet bintang papan atas lainnya. Kini, mari kita menyaksikan review film Black Panther 2018.

Sinopsis Film Black Panther

Ribuan tahun lalu, lima suku di Afrika saling berperang dalam memperebutkan sebuah meteor yang mengandung vibranium. Tiba-tiba, seorang prajurit menelan “herba berbentuk hati” yang terkena efek logam dan memperoleh kemampuan manusia super. Maka, ia pun menjadi “Black Panther” pertama. Ia mempersatukan semua suku, kecuali Suku Jabari, dan membentuk sebuah negara yang kemudian bernama Wakanda.

Pada masa kini, setelah kematian ayahnya, T’Challa sebagai sang putra mewarisi tahta sebagai raja dan kembali ke Wakanda. Di sisi lain, Okoye, pemimpin resimen Dora Milaje menarik mantan kekasih T’Challa, Nakia dari tugas penyamarannya. Dengan demikian, Nakia dapat menghadiri upacara penobatan sang raja baru bersama ibu T’Challa, Ramonda dan adiknya, Shuri.

Namun, saat upacara tengah berlangsung, pemimpin Suku Jabari, M’Baku menantang T’Challa untuk bertarung dalam pertarungan adat. T’Challa mengalahkan M’Baku dan menyuruhnya untuk menyerah saja daripada mati.

Setelah mendapat pengakuan atas tahtanya, T’Challa langsung menghadapi masalah yang cukup rumit. Ia harus menangkap Ulysses Klaue yang sudah menjadi buronan Wakanda selama 30 tahun karena mencuri vibranium. Pasalnya, pria itu tidak hanya berhasil mencuri vibranium tetapi juga berniat menjualnya kepada pembeli Amerika di Korea Selatan.

Sayangnya, misi penangkapan Ulysses Klaue tidak berjalan dengan baik karena pria itu berhasil kabur bersama komplotannya. Kemudian, T’Challa membawa agen Ross yang terluka ke Wakanda. T’Challa berusaha membayar hutang budinya pasa agen Ross sebagai rasa terima kasih karena sudah menyelamatkan Nakia.

Tiba-tiba, seseorang bernama Erik Stevens, ternyata adalah putra dari Pangeran N’Jobu, kembali ke Wakanda. Ia hendak meminta haknya untuk menduduki kursi Raja dari T’Chala. Maka, T’Chala pun harus bertarung kembali dengan pria yang juga bernama lain N’Jadaka itu. Di luar dugaan, N’Jadaka berhasil membunuh T’Chala dalam pertarungan sehingga N’Jadaka pun meraih posisi Raja Wakanda.

Akibatnya, Ibu Ratu dan Shuri harus melarikan diri karena Raja baru berniat membunuh mereka. Dari singgasananya, N’Jadaka pun memulai semua aksinya. Ia menghapuskan tradisi Wakanda dan memulai revolusi dengan menjual vibranium secara terbuka. Sebenarnya, N’Jadaka ingin menghancurkan Wakanda secara perlahan dengan mengungkapkan keberadaan negara yang luar biasa ini ke hadapan dunia.

Apakah T’Chala benar-benar telah meninggal? Dan apakah Wakanda akan menghadapi kehancurannya di bawah pimpinan N’Jadaka?

Review Film Black Panther 2018

Kelebihan Film

Spesial Efek yang Memukau

Kita harus mengakui, “Black Panther” menghadirkan dunia Wakanda yang futuristik dengan spesial efek yang luar biasa. Di sini kita akan menyaksikan Teknologi canggih, pemandangan kota Wakanda, dan pertarungan penuh aksi dengan detail yang bagus. Pemutaran efek visual ini memberikan pengalaman sinematik yang mendalam, memperkaya imajinasi penonton, dan membuat mereka merasa seolah-olah mereka benar-benar berada di dalam dunia Wakanda.

Akting Pemeran yang Sangat Baik

Kemudian, “Black Panther” menampilkan para aktor hebat seperti Chadwick Boseman, Michael B. Jordan, Lupita Nyong’o, Danai Gurira, dan masih banyak lagi. Pastinya, kita tidak perlu meragukan akting mereka yang mendalam. Selain itu, karisma mereka dalam memerankan karakter-karakter ini memberikan dimensi emosional yang kuat pada film. Terutama, peran Chadwick Boseman sebagai T’Challa/Black Panther yang menonjolkan kepribadian, keragaman emosi, dan rasa tanggung jawab yang mengesankan.

Musik dan Soundtrack yang Mendukung

Ludwig Göransson menggubah musik sangatlah kuat dan mendukung suasana film ini. Ia menggabungkan elemen musik tradisional Afrika dengan orkestrasi modern. Dengan demikian, ia berhasil menciptakan atmosfer unik yang menghidupkan kembali kebudayaan dan latar Wakanda. Selain itu, pemilihan lagu-lagu dalam soundtrack juga cukup cermat sehingga dapt memperkaya suasana dan memberikan pengalaman mendalam kepada penonton.

Mengangkat Latar dan Kearifan Budaya Lokal

Salah satu aspek yang paling menonjol dari “Black Panther” adalah pengangkatannya terhadap kearifan budaya lokal dan identitas Afrika. Film ini tidak hanya menghadirkan latar belakang Afrika dengan indah, tetapi juga menggali aspek-aspek budaya, sejarah, dan konflik yang berhubungan dengan kolonialisme dan eksplorasi. Meskipun harus memasukkan porsi lebih pada sisi cerita, hal ini membantu membangun dunia fiksi Wakanda sebagai perlambang dari potensi dan kekuatan bangsa-bangsa Afrika.

Kelemahan Film

Ide Cerita Terlalu Biasa

Meskipun “Black Panther” membawa penggambaran unik tentang dunia Wakanda dan warisan budaya Afrika, alur cerita film ini mengikuti pola umum yang sering ditemukan dalam film superhero. Di antaranya, konflik antara pahlawan dan penjahat, serta perjuangan untuk mempertahankan tahta atau kekuasaan. Singkatmya, beberapa elemen plot masih dapat dirasakan sebagai kisah konvensional.

Jalan Cerita Terlalu Lambat

Beberapa penonton dan kritikus menganggap bahwa film ini memiliki ritme cerita yang lambat. Terutama, pada bagian awal kisahh filmnya. Pengenalan karakter dan latar belakang Wakanda memerlukan waktu yang cukup lama. Akibatnya, hal ini dapat menyebabkan beberapa bagian film terasa lambat. Secara pribadi, satu atau dua kali saya hendak meninggalkan kursi penonton dalam beberapa adegan yang tengah berjalan.

Kurangnya Unsur Humor

Biasanya, film Marvel Studios memiliki elemen humor yang khas dalam interaksi antar karakter. Namun, “Black Panther,” sepertinya memilih lebih serius sehingga humor yang terasa kurang dari ekspektasi apabila kita membandingkannya dengan beberapa film Marvel yang lain. Memang, pendekatan ini sesuai dengan tone dan tema film, tetapi bagi sebagian penonton, kekurangan unsur humor dapat membuat pengalaman menonton agak sedikit membosankan.

Pengenalan Karakter Agak Berlebihan

Film ini memperkenalkan banyak karakter yang memiliki kaitan dengan dunia Wakanda, tetapi beberapa di antaranya mungkin tidak mendapatkan pengembangan karakter yang cukup dalam waktu terbatas. Setiap kali seorang tokoh memasuki cerita, khususnya tokoh-tokoh asal Wakanda, kita akan melihat bagaimana mereka memperkenakan diri dengan cara tradisional. Walaupun sesuai dengan konteks budaya lokal, hal ini justru mengakibatkan pengenalan karakter yang terasa berlebihan.

Terlepas dari kelemahan-kelemahan yang ada, kita tidak bisa memungkiri bahwa “Black Panther” merupakan film yang menginspirasi dan penting dalam mewakili budaya yang kuat dalam sinema Hollywood. Maka, tidak mengherankan jika film ini tetap berhasil meraih popularitas dan pujian dari berbagai aspek positifnya. dengan demikian berakhirlah review film Black Panther 2018 kali ini.

Sekian, terima kasih, dan semoga bermanfaat.

Wakanda Forever!

rimbapena
rimbapena

Seorang penulis lepas dan pengajar di kota Surabaya yang memiliki dedikasi yang tinggi terhadap penulisan dan concern terhadap sistem pendidikan di Indonesia.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *