review novel laskar pelangi

Review Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata

  • Ide cerita
  • Alur Cerita
  • Gaya Penulisan
4/5Overall Score
Specs
  • Penulis: Andrea Hirata
  • Penerbit: PT Bentang Pustaka
  • Tahun terbit: 2005 (Cetakan Pertama)
Pros
  • Gaya bahasa mengalir dan mudah dinikmati
  • Penggambaran latar dan suasana lokal sangat estetis
Cons
  • Cukup banyak istilah lokal atau ilmiah yang sulit dipahami

Belum lama pandemi covid-19 mendera Bumi kita. Kini, bahkan bayangan virus tersebut masih saja menghantui kita semua. Kita merasakan berbagai dampak dalam berbagai segi kehidupan pula karenanya, tidak terkecuali segi pendidikan. Untuk itulah, kami menulis review novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata ini. Kami berharap kisah Ikal dan kawan-kawan dalam novel ini menjadi pemantik semangat bagi para pejuang pendidikan Indonesia.

Review Novel Laskar Pelangi – Sinopsis

Ikal dan Lintang adalah dua di antara sekian anak di Bangka Belitong yang akan memulai pendidikan mereka di sekolah dasar. Lebih tepatnya, di SD Muhammadiyah Gantong. Bersama orang tua mereka, perasaan anak-anak itu berdebar-debar. Pak Harfan dan Bu Muslimah juga merasakan hal yang sama. Pasalnya, sekolah tersebut tidak akan mendapat izin melakukan kegiatan belajar mengajar jika tidak memenuhi syarat jumlah minimal siswa, yaitu 10 orang siswa.

Pada detik-detik terakhir, Harun, seorang anak yang memiliki keterbelakangan mental, datang dan mendaftar. Ia menggenapkan jumlah 10 orang siswa sehingga SD Muhammadiyah Gantong pun dapat melakukan kegiatan belajar-mengajarnya. Dengan demikian, Ikal pun memulai pembelajaran di SD tersebut bersama 9 orang temannya yang lain. Bu Muslimah yang menjadi guru mereka menyebut 10 anak tersebut sebagai Laskar Pelangi.

Bersama Lintang, Sahara, Mahar, Syahdan, A Kiong, Samson, Kucai, Trapani, dan Harun, Ikal rupanya lebih dari sekadar belajar. Ia mendapatkan gemblengan karakter dari kisah-kisah Nabi dan Rasul melalui guru-gurunya. Selain itu, ia pun kerap melakukan petualangan bersama teman-temannya. Kehadiran seorang gadis kaya bernama Flo seakan melengkapi keseruan petualangan mereka. Petualangan yang menjadi potret anak-anak yang berjuang demi sebuah pendidikan.

Review Novel Laskar Pelangi – Ulasan

Karakterisasi yang Kuat

Sejak awal kisah, Andrea Hirata menampilkan deskripsi latar dan karakter yang sangat memikat. Lihatlah bagaimana Harun memasuki cerita ini. Andrea menampilkan momen yang mendebarkan tanpa banyak aksi yang berlebihan. Selain itu, gambaran tokoh Harun sendiri telah berhasil membolak-balik perasaan para pembaca. Anak yang pada masa kini mungkin akan mendapat penolakan di sekolah konvensional justru menjadi penyelamat sebuah sekolah di masa itu.

Penggambaran karakter-karakter lainnya yang memang sangat berwarna-warni menjadi penerjemahan yang sesuai untuk judul novel ini. Di sini, kita akan berkenalan dengan Lintang dan Mahar, dua jenius dari dua dunia yang berbeda. Lintang adalah seorang scientist sejati, sedangkan Mahar adalah definisi paling belia dari seorang artis alias seniman.

Jika Lintang cemerlang karena wawasan dan kecerdasannya yang luar biasa, Mahar bersinar karena imajinasinya yang begitu liar. Meski demikian, sebagaimana Harun, keduanya juga layak mendapat gelar pahlawan. Dalam lomba cerdas cermat, Ikal membuat SD Muhammadiyah Gantong menjadi disegani. Di kesempatan lain, Mahar menjadi sosok konseptor yang membuat sekolah tersebut memenangkan karnaval seni antarsekolah.

Anak-anak dalam Laskar pelangi telah menunjukkan manisnya sebuah pendidikan yang berdasar ketulusan. Benar, sepak terjang mereka tidak dapat dipisahkan dari eksistensi tokoh Bu Muslimah dan Pak Harfan. Sebagai kepala sekolah sekaligus guru, Pak Harfan adalah sosok yang kerap membasahi batin para Laskar Pelangi dengan kisah-kisah teladan. Sementara itu, Bu Muslimah merupakan figur yang gigih dan sangat berdedikasi dalam menjalankan profesinya sebagai guru.

Kultur, Humor, dan Moral

Ketika melakukan review novel Laskar Pelangi, kami menyaksikan keluwesan Andrea Hirata sebagai penulis tidak terbatas pada pengembangan karakter saja. Ia menggambarkan lokasi dan kultur Melayu yang ada di Kepulauan Bangka-Belitong dengan begitu nyata. Pastinya, kita tidak dapat menyamakan arti kata nyata di sini dengan realita karena kisah ini adalah fiksi. Di sini, kita akan menemukan deskripsi nuansa lokal dari sudut pandang para tokohnya, yaitu anak-anak Laskar Pelangi sendiri.

Hal itu justru menawarkan pengembaraan yang bisa memicu berbagai interpretasi dan daya khayal kita masing-masing. Uniknya, Andrea menuliskan semua itu seolah ia bertutur saja, seolah ia bercerita dan berkelakar. Kami membayangkan tengah mengelilingi sebuah api unggun sambil mendengar kisah dari seseorang. Di kiri dan kanan kami, ikut mengelilingi api unggun tersebut, adalah tokoh dalam ceritanya.

Sisi lain yang menarik untuk menjadi sorotan adalah perpaduan antara suasana religi, ilmiah, dan mistis. Andrea seakan meramu ketiga hal tersebut dalam tungku humor sehingga menjadi sebuah cairan rasa moral beraromakan etika. Kita dapat melihatnya melalui pemunculan sosok-sosok seperti Bodenga dan Tuk Bayan Tula. Sosok-sosok yang bahkan namanya mengandung bau mistis, tetapi berperan menyentilkan pesan realistis dan agamis.

Plot dan Sudut Pandang Penceritaan

Susunan alur dan sudut pandang cerita dalam novel ini adalah dua hal yang menimbulkan pertanyaan. Pertama, Andrea kerap melakukan lompatan-lompatan yang sangat ekstrem dalam rangkaian kisahnya. Hal ini seringkali membuat kami kehilangan jejak dan mau tidak mau harus mengambil risiko dengan regresi.

Kedua, beberapa bagian yang dituturkan tidak memiliki keterkaitan, bahkan secara titak langsung, dengan jalan cerita utama. Di samping itu, Andrea tak jarang pula menyisipkan istilah-istilah yang cukup rumit bagi anak kecil. Kami memosisikan diri sebagai anak kecil karena kisah ini adalah kisah dari seorang anak kecil pula.

Memang, jika kita membaca lebih teliti lagi, akan ada penjelasan mengenai berbagai istilah tersebut. Namun, ketika kita mencerna hal itu, keseruan yang semula kita rasakan seolah menguap meski tak pernah benar-benar menghilang. Selain itu, sebuah bagian menunjukkan adanya perubahan sudut pandang yang seolah tidak memiliki transisi. Kami cukup bingung untuk menentukan siapa yang sebenarnya menjadi tokoh utama dalam novel ini.

Bagaimanapun juga, hal itu tidak mampu menepikan banyaknya hal yang luar biasa dalam novel Laskar Pelangi. Andrea menunjukkan kepiawaian dalam kemampuan bertuturnya. Kami malah merasa penasaran bagaimana jika Andrea benar-benar menuturkan cerita ini secara langsung. Demikianlah review novel laskar Pelangi. Semoga semangat anak-anak luar biasa itu senantiasa menjadi motivasi bagi kita semua untuk tidak menyerah dalam memperjuangkan sesuatu.

rimbapena
rimbapena

Seorang penulis lepas dan pengajar di kota Surabaya yang memiliki dedikasi yang tinggi terhadap penulisan dan concern terhadap sistem pendidikan di Indonesia.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *