Transformers Age of Extinction

Review Film Transformers Age of Extinction

  • Ide cerita
  • Plot
  • Karakter
  • Sinematografi
  • Timing
  • Efek visual
  • Penataan latar
  • Sound
  • Pesan moral
  • Logika cerita
3.2/5Overall Score
Specs
  • Produser: Lorenzo di Bonaventura
  • Sutradara: Michael Bay
  • Skenario: Ehren Kruger
  • Sinematografi: Amir Mokri
  • Musik: Steve Jablonsky
  • Distributor: Paramount Pictures
  • Rilis: 19 Juni 2014
  • Durasi: 165 menit
Pros
  • Totalitas dalam aksi
  • Efek visual estetis
  • Koreografi fisik mengesankan
Cons
  • Durasi semakin panjang
  • Ide cerita kurang kuat
  • Alur berbelit-belit

Transformers Age of Extinction mengambil latar waktu empat tahun setelah invasi di Chicago. Di sini, kita masih akan melihat Optimus dan Bumblebee, serta beberapa Autobots lain yang cukup sulit bagi saya untuk menjelaskannya di bagian pembuka ini. Sayangnya, kita tak akan lagi bertatap muka dengan Sam Witwicky, orang tua, maupun pacar-pacarnya yang cantik dan seksi. Oh, jangan berburuk sangka dulu. Sebagai ganti dari karakter Sam, kita akan berkenalan dengan karakter Cade Yeager yang diperankan oleh Mark Wahlberg. Nah, siapa sebenarnya Cade ini dan bagaimana ia bisa berhubungan dengan para Autobots? Silakan menyimak sinopsis dan ulasan Transformers: Age of Extinction. 

Transformers Age of Extinction – Sinopsis Film 

Setelah sedikit pengantar tentang adanya peran makhluk asing dalam kepunahan dinosaurus di masa lalu, film ini kembali mengingatkan dampak dari pertempuran Autobots dan Decepticons di Chicago yang telah meninggalkan banyak kekacauan. Efek samping dari hal itu adalah di masa kini, manusia bekerja sama dengan sebuah agen rahasia bernama Harold Attinger dan kelompoknya yang bertujuan untuk memusnahkan semua Transformers yang mereka anggap sebagai ancaman.

Di sisi lain, Cade Yeager, seorang mekanik, hidup sederhana bersama putrinya, Tessa. Mereka hidup dari hasil usaha Cade dalam memperbaiki barang-barang bekas, dan sama sekali tidak pernah berpikir bahwa dunia mereka akan berubah secara dramatis. Cade menemukan Optimus Prime yang tersembunyi di sebuah gudang, rusak dan terluka parah. Dia memutuskan untuk memperbaiki Optimus Prime tanpa menyadari konsekuensi dari tindakan tersebut. Hal ini memicu peristiwa yang melibatkan pemerintah AS, yang segera mengetahui keberadaan Optimus Prime.

Transformers Age of Extinction – Sinopsis Film

Harold Attinger, yang bekerja sama dengan sebuah perusahaan rahasia bernama KSI, memiliki agenda rahasia dalam menggunakan teknologi Transformer untuk kepentingan mereka. Mereka mencoba menciptakan Transformer buatan manusia, yang mengarah pada konflik lebih lanjut.

Optimus Prime dan beberapa Autobots lain yang masih hidup terpaksa bersembunyi, tetapi mereka tidak bisa menghindari konfrontasi dengan ancaman baru, Lockdown, seorang robot pemburu bayaran Transformer yang kuat. Lockdown memiliki hubungan dengan sejarah Transformers yang lebih dalam.

Ketika Optimus Prime menyadari bahaya besar yang mengancam dunia dan sahabat-sahabatnya, dia dan Cade Yeager bersatu untuk menghentikan ancaman ini. Mereka berusaha mengungkap rahasia di balik agresi Lockdown dan artefak Transformer berbahaya yang disebut “Seed,” yang dapat menciptakan Transformer baru. Selama perjalanan mereka, mereka menemukan Dinobots, Autobots berbentuk dinosaurus yang akhirnya membantu dalam pertempuran epik melawan Lockdown dan KSI. Pertarungan tersebut mencapai puncaknya di Hong Kong. 

Transformers Age of Extinction – Ulasan Film 

Totalitas dalam Aksi

Transformers masih dan selalu memiliki aksinya yang mengesankan. Pertempuran antara Transformers dan aksi penghancuran kota-kota besar, seperti yang terlihat dalam pertarungan di Hong Kong, dan beberapa tempat lainnya, menunjukkan totalitas dalam penyajian aksi. Segera setelah adegan pembuka, kita mendapat suguhan perburuan dan penyerangan terhadap para Autobots yang tentunya cukup brutal dan penuh benturan. Selain itu, kita akan menemukan banyak ledakan dalam film ini. Ledakan di lokasi pertempuran antarrobot, ledakan di rumah Cade, ledakan di tengah kota, dan ledakan di mana-mana. Tentunya, penggunaan teknologi CGI yang canggih memungkinkan adegan-adegan ini untuk terasa spektakuler dan intens. Pastinya, sejak prekuelnya pada tahun 2007, kita masih harus mengakui bahwa kemampuan film ini untuk menciptakan aksi besar dan dramatis adalah salah satu daya tarik utamanya.

Efek Visual Estetis

Selain aksi, efek visualnya juga masih memiliki konsistensi yang baik. Transformers: Age of Extinction memanjakan kita dan siapa saja yang menontonnya dengan efek visual yang memukau. Desain dan visualisasi Transformer dan bagaimana penggambaran setiap detail transisinya terlihat semakin realistis. Termasuk, desain baru untuk beberapa karakter, seperti Dinobots, saya pun harus mengakui sangat mengesankan. Efek khusus yang canggih menghadirkan dunia Transformer dengan detail luar biasa, menjadikannya tontonan yang mengesankan secara visual. Estetika film ini memberikan kepuasan visual yang kuat kepada penonton.

Transformers Age of Extinction – Ulasan Film 

Koreografi Fisik Mengesankan

Dalam film ini, koreografi aksi fisik Transformer dan manusia mendapat arahan dengan cermat untuk menciptakan pertarungan yang mengesankan. Setiap gerakan Transformer dan Dinobots terasa realistis dan mendetail, dan pertempuran-pertempuran tersebut dirancang dengan cermat untuk memberikan pengalaman aksi yang intens. Baik dalam pertarungan melawan Decepticons, Dinobots, maupun Lockdown, koreografi aksi tersebut memberikan ketegangan dan kepuasan kepada penonton. Oh, tentu saja saya bukan tipe orang yang akan menganggap robot yang bertarung dengan berbagai gerakan ala parkour merupakan hal yang masuk akal. Meski demikian, hal seperti itu tetaplah menyenangkan untuk menjadi sebuah tontonan. Di sisi lain, interaksi antara karakter manusia dan para robot juga terlihat lebih meyakinkan.

Durasi Semakin Panjang

Semula, saya mengira akan mendapatkan film yang memiliki panjang yang sesuai dengan aksi maupun ketegangan yang ditawarkannya. Sayangnya, saya salah karena sejak dahulu, durasi panjang yang menjadi kelemahan justru menjadi semakin panjang. Tadinya, saya menganggap wajar hal ini karena kemunculan para karakter baru dan menghilangnya para karakter lama. Namun, dengan durasi lebih dari 2,5 jam, film ini bisa terasa melelahkan bagi sebagian orang. Bayangkan saja Anda harus merasa tegang karena aksi-aksi di dalam film selama lebih dari dua jam. Apa yang akan terjadi kemudian? Masih ingatkah Anda berapa kali Anda harus menahan napas? Panjangnya durasi dapat mengakibatkan kehilangan fokus dan ketertarikan kita akan kelanjutan ceritanya. Khususnya, jika beberapa adegan aksi yang intens berlarut-larut tanpa pengembangan karakter atau perkembangan plot yang signifikan.

Transformers Age of Extinction – Ulasan Film 

Ide Cerita Kurang Kuat

Cade Yeager merupakan karakter utama dalam film ini. Kehadirannya sebagai seorang mekanik hingga bagaimana dirinya bisa terlibat dengan para Autobots dan perangnya sedikit banyak serupa dengan Sam dalam film terdahulu. Perhatikan, saya menyebutnya serupa dengan harapan masih menemukan hal yang bisa membuat karakter ini menjadi sedikit spesial bila harus membandingkannya dengan Sam. Sayangnya, saya tidak menemukan apa-apa kecuali memang sosok orang, karakter, dan latar belakang kehidupannya. Sebagian kritikus dan penonton menganggap bahwa Transformers: Age of Extinction memiliki ide cerita yang kurang kuat dan terasa repetitif jika dibandingkan dengan film-film sebelumnya dalam seri ini. Beberapa elemen cerita, seperti pertarungan antara manusia dan pemerintah, serta perusahaan rahasia yang mencoba memanfaatkan teknologi Transformer, kurang mampu menjadi pembeda kecuali dalam hal situasi dan keadaan. .

Alur Berbelit-belit

Mengaitkan cerita sebuah film dengan film lainnya merupakan hal yang wajar. Khususnya, jika film tersebut memang merupakan kelanjutan dari film sebelumnya. Oke, masa kerja sama antara Autobots dan manusia mungkin memang telah berakhir. Kini, para manusia kembali menganggap para robot, baik Autobots maupun Decepticons, sebagai ancaman. Akan tetapi, apakah hal itu memerlukan kehadiran tokoh-tokoh sama sekali baru? Saya merasa hal ini adalah tantangan terberat bagi Ehren Kruger sebagai penulis skenario. Saya pun meyakini ia sudah berusaha keras untuk merekatkan puing-puing transformers yang berceceran dengan segenap kemampuannya. Sayangnya, hasil akhir dan komentar-komentar terhadap film ini menyiratkan bahwa ia harus berusaha lebih keras lagi jika hendak menyajikan penceritaan yang kuat dan berkesan. 

Itulah alasan mengapa sejak awal saya menyebut film ini sebagai film yang total dalam hal aksi. Seolah, selain aksi dan efek visual yang super, kita tak perlu mengharapkan apa-apa lagi. Namun, terlepas dari semua itu, saya merasa lega Optimus dan Bumblebee masih baik-baik saja. Akhirnya, kalau ada pesan moral yang bisa kita tangkap, jangan pernah meremehkan apa yang ada di hadapan Anda, sekalipun barang rongsokan. Demikian Transformers Age of Extinction.  

rimbapena
rimbapena

Seorang penulis lepas dan pengajar di kota Surabaya yang memiliki dedikasi yang tinggi terhadap penulisan dan concern terhadap sistem pendidikan di Indonesia.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *