Review Film Limitless 2011 - Pil Ajaib Penembus Batas

Review Film Limitless 2011 – Pil Ajaib Penembus Batas

  • Ide cerita
  • Plot
  • Karakter
  • Sinematografi
  • Timing
  • Efek visual
  • Penataan latar
  • Sound
  • Pesan moral
  • Logika cerita
3.3/5Overall Score
Specs
  • Produser: Leslie Dixon
  • Sutradara: Neil Burger
  • Skenario: Leslie Dixon
  • Sinematografer: Jo Willems
  • Musik: Paul Leonard-Morgan
  • Distributor: Relativity Media
  • Rilis: 18 Maret 2011
  • Durasi: 105 menit
Pros
  • Ide cerita cukup bagus
  • Karakter utama luar biasa
  • Kombinasi kuat dialog dan monolog
  • Visualisasi cukup bagus
Cons
  • Sebagian plot membingungkan
  • Aksi dan drama agak timpang

Saya sudah melupakan kapan terakhir kali menonton film ini. Namun, sebenarnya saya mengingat film ini segera setelah menulis review tentang film The A Team. Tentunya, Bradley Cooper menjadi alasannya karena ia adalah pemeran tokoh utama dalam Limitless. Alasan lainnya adalah karakter utama film ini sendiri. Pada bagian awal film, Eddie Mora menampilkan dirinya sebagai penulis yang gagal dan memiliki kehidupan yang berantakan. Oke, sekarang, bukankah sudah jelas jika saya merasa melihat cerminan diri saya sendiri dalam karakter penulis gagal tersebut. Baiklah, saya akan dengan senang hati menerima berbagai celaan dan hinaan nanti. Akan tetapi, sebelum itu, Anda bisa mengintip seberapa berantakannya kehidupan Edie Mora dalam review film Limitless 2011 ini. 

Review Film Limitless 2011 – Sinopsis Film 

Eddie Morra (Bradley Cooper) adalah seorang penulis yang hidup di New York City. Ia adalah seorang pemuda yang tidak memiliki disiplin diri, karier yang merosot, dan kualitas hidup yang buruk. Namun, segalanya berubah ketika Eddie secara kebetulan bertemu dengan mantan adik iparnya yang memberinya obat eksperimental bernama NZT-48.

Awalnya, Eddie tidak memercayai perkataan mantan iparnya tentang obat yang dapat meningkatkan kemampuan otak manusia hingga tingkat yang tak terbatas itu. Namun, setelah mengonsumsi NZT-48, ia benar-benar mengalami perubahan yang luar biasa. Kemampuan intelektual, ingatan, dan kreativitasnya meningkat pesat. Ia mampu menulis novel terlaris dalam waktu singkat, memecahkan masalah kompleks, dan menguasai dunia keuangan dengan cepat.

Sayangnya, penggunaan obat ini juga membawa risiko dan efek samping yang berbahaya. Eddie mengalami gejala penarikan yang serius jika tidak mengonsumsi obat tersebut. Di sisi lain, ia telanjur menarik perhatian seorang pengusaha kaya raya dan berkuasa, Carl Van Loon (Robert De Niro), yang memanfaatkan kecerdasan Eddie untuk tujuan pribadi. Tentunya, bagi Eddie, van Loon pun sekadar menjadi jembatan untuk meraih kesuksesan yang lebih besar lagi. Namun, Eddie menyadari ia lebih membutuhkan NZT-48 untuk melewati segala tantangan yang ada saat ini. 

Selama perjalanan cerita, Eddie harus menghadapi konsekuensi dari penggunaan obat tersebut. Dia terlibat dalam konflik dengan seorang rentenir sadis yang kemudian mengancam hidupnya, dan risiko kehilangan segalanya yang telah diraihnya. Di sisi lain, Eddie juga berusaha mencari tahu lebih banyak tentang asal usul dan sifat sebenarnya dari NZT-48. Ia harus memutuskan bagaimana dia akan mengelola kekuatan barunya dan mengatasi berbagai masalahnya.

Review Film Limitless 2011 – Kelebihan Film 

Ide Cerita Cukup Bagus

Selain merasakan sedikit nostalgia, entah berapa kali pun saya menontonnya, saya merasa konsep tentang obat eksperimental NZT-48 yang memiliki kemampuan untuk meningkatkan otak manusia hingga batas tak terbatas adalah ide yang unik. Pasalnya, hal ini adalah premis yang mengundang saya untuk merenungkan tentang potensi manusia yang belum tergali dan konsekuensi moral dari memiliki kekuatan semacam itu. Memang, banyak film yang mengembangkan konsep mengenai sebuah karakter yang kemampuan super secara insidental dan membuatnya menjadi superhero dan semacamnya. Namun, ide mengenai sebuah pil yang dapat memaksimalkan potensi otak ini cukup mengesankan meskipun tergolong ringan. Di sisi lain, penggunaan obat ini menciptakan dasar yang kuat untuk mengembangkan alur cerita yang penuh elemen intrik dan ketegangan.

Karakter Utama yang Luar Biasa

Sebagaimana penjelasan pada awal tulisan ini, salah satu elemen yang paling memikat dalam film ini adalah karakter utamanya sendiri, yaitu Eddie Morra. Bradley Cooper memerankan karakter ini dan mampu menggali kedalaman karakternya. Transformasi Eddie dari seorang penulis yang hancur menjadi individu yang sangat cerdas dan ambisius merupakan perjalanan emosional yang kuat. Hebatnya, Cooper menampilkan pembawaan Eddie yang cukup bertolak belakang ini dengan sangat bagus. Ia bisa tampak berantakan dan tertekan di satu sisi, tetapi elegan dan karismatik pada sisi lainnya. Dengan kata lain, Cooper mempertunjukkan perpaduan kecerdasan dan kehausan yang kuat. Hal ini pun menjadikan Eddie Morra karakter yang menarik untuk diikuti sepanjang cerita.

Review Film Limitless 2011 – Kelebihan Film 

Kombinasi Kuat Dialog dan Monolog

Mungkin, ini adalah salah satu yang membedakan limitless dengan film-film yang mengemas ide cerita serupa. Film ini menampilkan dialog-dialog yang tajam dan cerdas, yang memberikan nuansa intelektual pada cerita. Di samping itu, kita juga akan mendapatkan monolog-monolog narasi yang menggambarkan kedalaman pemikiran karakter utamanya tentang kekuasaan dan potensi manusia. Belum lagi, pembawaan pemerannya, mulai dari gestur hingga penampilan yang cukup menghipnotis. Baik dialog maupun monolog-monolog tersebut cukup mampu menggiring kita untuk menyelam perjalananan, perasaan, dan pengalaman Eddie Mora dalam cerita ini.   

Visualisasi Cukup Bagus

Saya mulai mengerutkan dahi ketika sosok Eddie Mora yang lainnya menampakkan diri di depan kehadirannya sendiri. Selain itu, saya juga cukup menikmati penggambaran-penggambaran imajinatif mengenai efek obat ajaib NZT-48 terhadap orang yang baru memakainya. Visualisasi dalam Limitless ini menggambarkan perubahan yang terjadi dalam pikiran Eddie Morra ketika dia mengonsumsi obat ajaib tersebut dengan efektif. Efek visual seperti perubahan warna dan komposisi gambar menciptakan gambaran kuat tentang perasaan seseorang saat berada dalam keadaan bersentuhan dengan kecerdasan tak terbatas. Kombinasi antara dinamika tersebut dan pemilihan lokasi yang menarik memberikan tampilan visual yang memukau pada film ini.

Review Film Limitless 2011 – Kelemahan film

Sebagian Plot Membingungkan

Semula, saya mengira kematian Vernon Gant (Johnny Whitworth) adalah asal mula permasalahan kompleks yang akan menyeret Eddie ke dalam kekacauan, tetapi saya salah. Bukannya plot film ini yang membingungkan, bukan pula kelebihan sok tau yang saya miliki mulai mengambil alih, melainkan memang tidak ada kepastian akhir mengenai peristiwa tersebut. Oh, dan beberapa peristiwa lainnya juga. Selain itu, kita akan menemukan momen di mana alur cerita melompat maju dan mundur dalam hal waktu. Mengenai hal ini, saya hanya dapat memperingatkan Anda untuk bersiap merasa bingung. Intinya, beberapa elemen cerita, terutama yang terkait dengan latar belakang obat NZT-48 dan karakter-karakter pendukung, kurang mendapat penjelasan dengan baik. KIta mungkin merasa sulit untuk sepenuhnya memahami hubungan antara beberapa peristiwa tersebut sebelum memutar ulang atau menontonnya kembali.

Aksi dan Drama Agak Timpang

Film ini mencoba menggabungkan elemen aksi dengan drama. Sepertinya, Neil Burger mencoba untuk mengemas perpaduan tersebut dalam alur yang cepat dan dinamik. Namun, hal itu justru mengakibatkan keseimbangan antara drama dan aksi tersebut menjadi terganggu alias tampak timpang. Beberapa adegan aksi mungkin terasa terlalu eksplisit atau mengalihkan perhatian dari pengembangan karakter dan aspek dramatis cerita. Misalnya, hubungan antara Eddie dengan Lindy, Melissa Gant, dan beberapa karakter lainnya yang entah bagaimana nasibnya. Di samping itu, pengembangan karakter beberapa karakter pendukung seperti Carl Van Loon (Robert De Niro) mungkin seharusnya bisa mendapatkan porsi yang lebih banyak.

Akhirnya, saya harus mengakui saya ingin memiliki salah satu kemampuan seperti Eddie, yaitu menyelesaikan novel dalam semalam, menyerahkannya kepada penerbit, dan menikmati status best sellernya. Tentunya, tanpa mengandalkan khasiat obat seperti NZT-48. Begitulah, film yang mendasarkan ceritanya pada novel berjudul The Dark Fields karya Alan Glynn ini menjadi salah satu favorit saya segera setelah saya menontonnya untuk pertama kali. Oh, tentu saja saya bukan seorang pemabuk seperti Eddie dan beberapa novel yang sedang saya kerjakan belum selesai hanya karena masalah manajemen waktu. Bagaimanapun juga, saya hidup dalam realitas yang belum memiliki sebuah pil penembus batas. Demikian review film Limitless 2011. Semoga bermanfaat.

rimbapena
rimbapena

Seorang penulis lepas dan pengajar di kota Surabaya yang memiliki dedikasi yang tinggi terhadap penulisan dan concern terhadap sistem pendidikan di Indonesia.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *