Film The Hunger Games - Sinopsis dan Review

Film The Hunger Games – Sinopsis dan Review

  • Ide cerita
  • Plot
  • Karakter
  • Sinematografi
  • Timing
  • Efek Visual
  • Penataan Latar
  • Sound
  • Pesan Moral
  • Logika cerita
3.7/5Overall Score
Specs
  • Produser: Nina Jacobson & John Kilik
  • Sutradara: Gary Ross
  • Skenario: Gary Ross, Suzanne Collins, & Billy Ray
  • Sinematografi: Tom Stern
  • Musik: James Newton Howard
  • Distributor: Lionsgate
  • Rilis: 12 Maret 2012
  • Durasi: 142 menit
Pros
  • Plot yang efektif
  • Aksi yang bagus
  • Bumbu drama dan romansa
  • Akting yang memukau
Cons
  • Durasi cukup panjang
  • Kurangnya pengembangan karakter pendukung

Saya tidak pernah membaca novel dari Suzanne Collins. Namun, saya menonton adaptasi filmnya dan saya menyukainya. Sepertinya, hal itu lebih dari cukup untuk menjadi alasan saya menulis film ini. Akan tetapi, saya merasa cukup layak juga untuk menyebutkan beberapa hal seperti adanya kandungan kritik sosial dan pesan moral dari film ini. Tentunya, faktor pemeran seperti Jennifer Lawrence juga menjadi salah satu alasan yang mendukung saya untuk menonton film The Hunger Games. 

Film The Hunger Games – Sinopsis

Panem adalah sebuah negara yang terdiri dari 12 distrik dan ibu kota yang dikenal sebagai Capitol. Setiap tahun, sebagai hukuman dan pengingat atas pemberontakan masa lalu, Capitol mengadakan kompetisi mematikan yang disebut “The Hunger Games.” Dalam kompetisi ini, setiap distrik harus mengirim satu peserta muda, atau “tribut,” untuk berjuang sampai mati dalam sebuah arena yang diciptakan oleh Capitol.

Ketika adik perempuannya, Prim, terpilih sebagai tribut dari Distrik 12, seorang remaja bernama Katniss Everdeen (Jennifer Lawrence) yang terampil dalam berburu, mengajukan diri untuk menggantikannya. Bersama dengan rekan tribut pria dari Distrik 12, Peeta Mellark (Josh Hutcherson), mereka berdua pergi ke Capitol untuk menghadapi tantangan yang mematikan.

Dalam arena Hunger Games, Katniss dan Peeta harus bertahan hidup, menghindari jebakan dan pertarungan dengan tribut dari distrik lain. Katniss juga mendapatkan banyak perhatian dari penonton Capitol karena kepribadiannya yang kuat dan tindakan-tindakannya yang berani. Dia juga mendapatkan dukungan dari seorang penata gaya bernama Cinna dan penasihatnya, Haymitch, yang adalah seorang mantan pemenang Hunger Games.

Sejak pertandingan berlangsung, Katnis menunjukkan kemampuannya bertahan hidup di alam. Ia juga harus menghadapi peserta dari distrik 1 dan 2 yang memiliki kemampuan layaknya seorang pembunuh. Seiring berjalannya waktu, hubungan antara Katniss dan Peeta menjadi pusat perhatian media, dan mereka harus berpura-pura menjadi pasangan untuk mendapatkan dukungan penonton dan sponsor. Sementara itu, di luar arena, Haymitch dan sekutunya mencoba untuk mempengaruhi hasil kompetisi. 

Film The Hunger Games – Ulasan

Plot yang efektif

Salah satu kekuatan utama film ini adalah plot yang sangat efektif. Cerita berlatar di masa depan yang suram dan penuh ketidakadilan di negara fiksi bernama Panem, dengan distrik-distrik yang menderita di bawah kendali Capitol. Konsep Hunger Games yang unik sebagai bentuk hukuman dan pengendalian dari Capitol membentuk dasar plot yang menarik. Penonton merasa tertarik dengan konflik utama, yaitu Katniss yang berjuang untuk bertahan hidup dalam kompetisi mematikan ini. Sebagai sutradara, Gary Ross cukup berhasil menggambarkan dunia fantasi ciptaan Suzanne Collins ini. Mungkin, karena Gary dan Suzanne sendiri ikut terlibat dalam pembuatan skenario tersebut. 

Aksi yang bagus

Film ini menghadirkan adegan aksi yang, meskipun tidak seheboh film aksi lainnya,  cukup bagus dan mendebarkan. Di dalam arena Hunger Games, kita menyaksikan pertarungan-pertarungan yang cukup menegangkan. Di sisi lain, Katniss dan Peeta pun harus bertahan hidup dari keadaan alam yang berada dalam arena. Pasalnya, panitia Hunger Games dari Capitol dapat memanipulasi berbagai hal di arena tersebut. Memang, kita tidak akan menemukan Katniss dan Peeta bertarung layaknya seorang ahli beladiri, tetapi justru hal itulah yang membuat aksi mereka menjadi lebih alami. 

Film The Hunger Games – Ulasan

Bumbu drama dan romansa 

Di balik aksi bertarung dan bertahan hidup, film ini juga memiliki bumbu drama yang lumayan kuat. Hubungan antara Katniss dan Peeta menjadi inti cerita, dan perkembangan hubungan mereka memberikan dimensi emosional yang dalam pada film. Konflik emosional dan perasaan yang kompleks yang dialami oleh karakter-karakter ini menjadikan film ini lebih dari sekadar cerita aksi. Selain itu, hubungan Katniss dengan seorang peserta muda bernama Rue, juga mampu menjalin keterikatan yang bagus. 

Akting yang memukau

Akting para pemain dalam film ini pun cukup memukau. Jennifer Lawrence membawakan karakter Katniss dengan  kuat. Ia mampu mengekspresikan dengan baik kekuatan, ketegasan, sekaligus kerentanannya. Josh Hutcherson juga memberikan penampilan yang bagus sebagai Peeta. Kita dapat menyebutnya bisa mengimbangi karakter Katniss yang tegas. Woody Harrelson sebagai Haymitch dan Donald Sutherland sebagai Presiden Snow juga memberikan akting yang meyakinkan. Akting yang berkualitas ini membantu menghidupkan karakter-karakter dalam cerita.

Film The Hunger Games – Ulasan

Durasi cukup panjang

Bagaimanapun juga, bagi saya khususnya, 142 menit adalah waktu yang panjang. Dan, itulah yang menjadi salah satu kelemahan film ini. Film ini mencoba mencakup banyak detail dari novel aslinya, dan pemekaran durasi merupakan konsekuensinya. Meskipun plotnya tetap menarik, saya merasa beberapa adegan atau momen di dalamnya seperti berlarut-larut. Sebuah penyuntingan yang lebih ketat mungkin dapat membantu mempertahankan kestabilan temponya.

Kurangnya pengembangan karakter pendukung

Film ini memberikan perhatian yang besar pada pengembangan karakter Katniss dan Peeta sebagai karakter utama. Akibatnya, pengembangan karakter pendukung, terutama karakter tribut dari distrik lain, mungkin terasa kurang. Sedikitnya, hampir dua lusin tribut yang terlibat dalam Hunger Games, beberapa di antaranya hanya muncul sebentar dan tidak memiliki cukup waktu untuk pengembangan karakter yang signifikan. Hal ini membuat beberapa karakter terasa datar dan kurang mendalam. Memperluas pengembangan karakter pendukung bisa memberikan nuansa yang lebih kaya pada film.

Dominasi pemerintahan seperti Capitol dan keberadaan distrik-distrik yang tersebar di Panem adalah simbol kritik sosial dalam novel ini. Intinya, Snow adalah seorang Tiran yang memanfaatkan hiburan dan media massa untuk mempertahankan ketakutan terhadap pemerintahannya. Dengan kekuatan itu, Snow bisa memastikan keamanan kelangsungan kekuasaannya sekaligus mengantisipasi akan adanya pemberontakan. Terakhir, saya hanya akan mengatakan bahwa film The Hunger Games sangat layak untuk dinikmati. 

rimbapena
rimbapena

Seorang penulis lepas dan pengajar di kota Surabaya yang memiliki dedikasi yang tinggi terhadap penulisan dan concern terhadap sistem pendidikan di Indonesia.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *