The Man with the Golden Gun memasuki pasaran mendekari Natal 1974. Tentunya, ini menjadi film kedua bagi Roger Moore yang memerankan James Bond, sang agen 007, yang merupakan karakter utama cerita film. Cerita fillmnya sendiri masih mengadaptasi novel Ian Fleming dengan judul yang sama. Namun, novel ini baru terbit setelah kematian sang penulis, yaitu pada tahun 1965. Oke, mari berpetualang dalam ulasan film agen 007 – The Man with the Golden Gun.
Ringkasan Film Agen 007 – The Man with the Golden Gun.
Sebuah benda berbentuk peluru emas muncul dan jatuh di depan M di markas MI6. Benda tersebut memiliki nomor pribadi M, yang menandakan bahwa dia menjadi target Scaramanga, seorang pembunuh bayaran legendaris. Konon, Scaramanga hanya menerima pekerjaan dengan bayaran mahal. Ia pun menggunakan peluru emas khusus sebagai tanda tangan pembunuhannya.
Table of Contents
James Bondlah yang mendapat tugas untuk menghentikan Scaramanga. Maka, ia pun mengikuti petunjuk dan mencari informasi tentang pembunuh tersebut. Ia berkomunikasi dengan Mary Goodnight, seorang agen MI6, yang membantu Bond dalam penyelidikannya. Bond menemukan bahwa Scaramanga memiliki senjata unik bernama “Golden Gun”, yang terbuat dari komponen-komponen emas.
Sesuai namanya, Scaramanga tinggal di Pulau Scaramanga. Yaitu, sebuah pulau pribadi miliknya sendiri di Thailand. Bond pergi ke sana dan bertemu dengan Scaramanga. Mereka berbicara dan Bond mengetahui bahwa Scaramanga sebenarnya ingin berduel dengan Bond untuk membuktikan siapa yang lebih baik di antara mereka.
Di sisi lain, Bond juga bertemu dengan seorang ilmuwan bernama Gibson, yang sebelumnya bekerja dengan Scaramanga untuk merancang sistem energi matahari. Ternyata, Gibson memiliki informasi penting tentang Scaramanga dan senjatanya. Maka, Bond dan Gibson pun bekerja sama untuk mengungkap rencana jahat Scaramanga.
Cerita berlanjut dengan aksi, intrik, dan kejar-kejaran yang melibatkan Bond, Scaramanga, dan berbagai karakter lainnya. Di akhir film, mereka akhirnya berduel di sebuah gedung yang sangat mirip dengan papan permainan catur. Apakah Bond akan berhasil mengalahkan Scaramanga dan mencegah rencananya?
Ulasan Film Agen 007
Kelebihan Film The Man with the Golden Gun
Bond Versi Roger Moore
Roger Moore membawa nuansa baru ke karakter James Bond. Dalam film ini, dia memberikan interpretasi yang lebih santai dan humoris terhadap peran Bond. Pastinya, hal ini memberikan sentuhan yang berbeda pada karakter yang biasanya lebih serius. Dengan membawa aspek humor yang lebih kental, Moore membangun ciri khasnya sebagai Bond.
Lebih Realistis
Meskipun setia pada elemen-elemen aksi dan petualangan yang merupakan ciri khas seri James Bond, The Man with the Golden Gun memiliki nuansa yang lebih realistis dibandingkan beberapa film Bond sebelumnya. Dengan membatasi penggunaan alat-alat ajaib yang terlalu fantastis, film ini mencoba membangun kesan yang lebih bersahaja.
Keberadaan Penjahat Super Lagi
Setelah berurusan dengan peredaran narkoba dalam film sebelumnya, di sini kita kembali melihat penampilan penjahat super yang menonjol dalam karakter Scaramanga. Dan, Christopher Lee berhasil memerankan karakter antagonis tersebut dengan sangat baik. Scaramanga memiliki senjata khusus yang terbuat dari emas dan memiliki kemampuan seorang penembak jitu. Keberadaan karakter penjahat yang eksentrik ini memberikan dinamika yang menarik dalam konflik antara Scaramanga dan Bond.
Pertarungan yang Semarak
Pertarungan antara James Bond dan Scaramanga menampilkan aksi yang semarak dan mendebarkan. Adegan perkelahian ini mengambil latar sebuah gedung yang memiliki desain seperti papan permainan catur raksasa. Pastinya, hal ini menambah elemen visual yang menarik. Kita mendapatkan sebuah menu aksi yang menggabungkan elemen akrobatik, tembak-menembak, dan permainan kucing-dan-tikus antara keduanya.
Ulasan Film Agen 007
Kelemahan Film The Man with the Golden Gun
Komedi Sheriff Pepper
Sheriff J.W. Pepper, seorang karakter yang merupakan sosok kawan lama Bond, menampilkan aksi komedinya kembali dalam film ini. Ia menemani Bond dalam aksi kejar-kejaran di jalanan Thailand. Meskipun dia dimaksudkan untuk memberikan hiburan, beberapa penonton mungkin merasa bahwa aksi dan komedi yang karakter ini kurang harmonis dengan suasana atau nuansa filmnya.
Absennya Bond dalam Opening
Saya agak terkejut mendapati bagian ini menjadi segmen yang cukup banyak mendapat kritik. Bahkan, tidak sedikit penonton yang mengaku menyayangkan karakter Bond tidak muncul sebelum kredit pembuka. Pasalnya, menonton Bond dalam adegan aksi intro yang keren di dalam jet-pack atau jatuh dari pesawat tanpa parasut seolah menjadi elemen penting yang dapat menentukan suasana untuk sisa film. Saya harus mengakui bahwa film tersebut sepertinya kehilangan sesuatu karena hal itu.
Beberapa Adegan Membosankan
Mungkin, salah satu dampak dari sebuah film aksi yang bagus adalah harapan penonton untuk mendapatkan aksi sepanjang waktu. Padahal, dari sudut pandang berbeda, seorang pembalap sekalipun perlu mengatur ritme kecepatan kendaraannya. Contohnya, adegan di mana Bond sedang menyelidiki di sebuah rumah bordil. Beberapa penonton menganggap hal kni sebagai momen yang kurang menarik karena terasa agak lamban dan kurang membangun kontribusi signifikan terhadap perkembangan cerita atau karakter.
Sedikit Terlalu Liar
Katakanlah, Moore mulai memiliki bentuk khasnya sebagai James Bond yang lebih santai dan membumi. Namun, dalam beberapa bagian, saya menemukan perpaduannya dengan sisi humor dalam film ini agak berlebihan. Misalnya, saat Bond melompat dari atap ke atap dengan menggunakan sepeda yang dilengkapi dengan sayap kecil. Meskipun aksi ini mencoba menciptakan momen spektakuler bagi beberapa penonton, tidak sedikit yang menganggapnya kurang realistis.
Akhirnya, saya menyimpulkan ulasan film agen 007 – The Man with the Golden Gun ini dengan memetakannya menjadi dua bagian besar cerita yang menjalin koneksi masing-masing dengan cukup rapi. Di satu sisi, kita menikmati aksi Bond dalam memburu Scaramanga. Di sisi lain, Scaramanga mengejar sebuah komponen pembangkit tenaga matahari untuk memenuhi visinya. Perbenturan sisi santai dan ambisius tersebut menghasilkan struktur cerita cukup bagus untuk menemani kita menghabiskan waktu luang.