Sean Connery benar-benar meninggalkan karakter James Bond dalam film kedelapannya ini. Sebagai gantinya, kita akan berkenalan dengan Roger Moore. Selain menawarkan penampilan yang berbeda meskipun tetap seorang Bond, Moore juga mengantarkan kita pada cerita dan nuansa yang sedikit berbeda. Maka, selamat menikmati Live and Let Die – Review Film James Bond berikut ini.
Sinopsis Film Live and Let Die
Cerita berawal dengan kematian tiga agen rahasia MI6 yang sedang menyelidiki perdagangan narkoba di Amerika Selatan. Seperti biasa, James Bond (Roger Moore) pun mendapat tugas untuk menyelidiki kasus tersebut. Maka, untuk melakukan penyelidikan, Bond pergi ke New York City. Di situ, ia menemukan petunjuk yang mengarah ke pulau-pulau Karibia.
Table of Contents
Bond menghadiri pemakaman salah satu agen yang tewas dan bertemu dengan seorang wanita bernama Solitaire (Jane Seymour), seorang cenayang yang bekerja untuk pemimpin kejahatan bernama Kananga Mr. Big. Solitaire memiliki kemampuan meramal masa depan menggunakan kartu tarot.
Saat Bond menyelidiki lebih lanjut, ia menemukan bahwa Kananga memiliki rencana untuk mengendalikan pasokan narkoba dengan memproduksi heroin yang sangat kuat. Kananga juga memiliki rencana untuk membunuh Bond dengan berbagai cara yang rumit.
Bond mengikuti jejak Kananga hingga ke pulau-pulau Karibia dan menemukan bahwa Solitaire sebenarnya adalah seorang tahanan dalam pengawasan Kananga. Maka, Bond pun membebaskannya dan membawanya melarikan diri. Kemudian, Solitaire dan Bond bekerja sama untuk menggagalkan rencana jahat Kananga.
Dalam perjalanannya, Bond bertemu dengan karakter-karakter menarik, termasuk Sheriff J.W. Pepper, seorang sheriff konyol dari Louisiana yang memberikan sentuhan komedi pada film. Bond juga berusaha menghentikan produksi heroin Kananga dan mengungkap plot yang lebih besar yang melibatkan organisasi kriminal besar.
Kelebihan Film Live and Let Die
Aksi yang Menarik
Live and Let Die menawarkan aksi yang menarik dan beragam. Mulai dari pengejaran dan pelarian diri dengan speed boat hingga pertarungan fisik. Pasalnya, adegan-adegan tersebut saling menjalin dengan cukup baik untuk mempertahankan ketegangan dan intensitas aksi dalam film.
Roger Moore sebagai James Bond
Roger Moore membawa interpretasi yang lebih santai dan elegan terhadap karakter James Bond. Sebagian penonton mungkin merasa Moore agak lebih kasar daripada pendahulunya. Namun, saya merasa hal ini justru menjadi sebuah dinamika baru bagi karakter James Bond. Singkatnya, Moore berhasil menambahkan sentuhan humor yang khas dalam dialog dan interaksinya.
Latar Eksotis Karibia
Film ini membawa kita ke pulau-pulau Karibia dengan pemandangan yang indah dan suasana yang unik. Pengaturan yang eksotis dan atmosfer alaminya memberikan keleluasaan untuk mengeksplorasi lokasi yang berbeda dari film-film sebelumnya.
Musik yang Menyegarkan
Paul McCartney & Wings menyanyikan lagu tema Live and Let Die dan menjadikannya sangat populer dan terkenal. Musik ini menghadirkan energi dan semangat yang kuat, sekaligus menjadi salah satu ikon musik film James Bond. Namun, kita tidak akan menemukan nama John Barry sebagai penata musik dalam film ini, tetapi George Martin.
Kelemahan Film Live and Let Die
Penggunaan Adegan Klise
Seperti film aksi pada umumnya, film ini pun memiliki sejumlah adegan yang cukup klise. Misalnya, adegan penyamaran, perangkap mematikan, dan plot yang terkadang dapat terasa diprediksi. Selain itu, di sini pun kita masih akan menyaksikan bagian di mana Bond menemukan dan membuka sebuah pintu menuju ruang rahasia dan secara tak terduga bertemu langsung dengan antagonisnya.
Pengembangan Karakter Terbatas
Karakter Solitaire, meskipun memiliki potensi, mungkin tidak mendapatkan pengembangan karakter yang cukup dalam film ini. Dengan kata lain, saya kembali menemukan sosok Bond Girl seperti yang sudah-sudah. Di sisi lain, kehadiran Mr. Big di sini menyingkirkan seluruh gambaran sosok penjahat super dalam film Bond terdahulu. Akibatnya, banyak pihak yang beranggapan hal ini cukup mereduksi superioritas atau level Bond sebagai agen rahasia.
Unsur Budaya yang Sensitif
Film ini menggunakan sudut pandang budaya yang cukup kontroversial. Khususnya, dalam menggambarkan karakter seperti Baron Samedi dan karakter kulit hitam lainnya. Dalam satu sisi, hal ini bisa mengundang pandangan akan adanya sisi rasialisme bagi cerita film ini.
Konsistensi Plot yang Kurang Relevan
Mungkin ini hanya perasaan saya saja, tetapi selalu ada bagian dalam alur cerita film ini yang tidak konsisten. Misalnya, adegan kejar-kejaran yang, meskipun bagus, terasa agak terlalu lama. Di samping itu, beberapa adegan atau pilihan karakter, seperti JW Pepper sang sherif (Clifton James), yang membuat saya sulit menemukan kata-kata untuk menjelaskannya.
Selain itu, saya menemukan beberapa elemen film ini agak ketinggalan zaman jika dilihat dari sudut pandang kontemporer. Tampilan dan gaya film mungkin tidak selalu relevan atau sesuai dengan preferensi penonton modern.
Terakhir, saya hanya bisa mengatakan bahwa selalu ada konsekuensi untuk perubahan atau hal baru. Bahkan, dunia sinema pun tak akan luput dari hal itu, termasuk Live and Let Die. Tidak sedikit yang mengungkit-ungkit kembali mengenai sosok Sean Connery dan alasannya untuk tidak memerankan karakter Bond lagi setelah menonton film ini. Untuk hal itu, secara personal saya hanya bisa berkomentar bahwa setiap orang memiliki masanya sendiri. Dan selamat datang Mr. Moore sebagai James Bond