Eon Productions memproduksi film james Bond keenam belas dengan judul LIcense to Kill. Dan Timothy Dalton memerankan sang agen 007, James Bond, untuk yang kedua sekaligus terakhir baginya. Saya tidak bisa mengatakan apa-apa mengenai beberapa kru produksi yang menjadikan film ini sebagai Bond terakhir mereka. Sebab, James Bond akan cukup lama menghilang dari dunia perfilman internasional setelah ini. Untuk itu, langsung saja kita mengikuti pembicaraan mengenai Film License to Kill – Sebuah Penutup Sementara
Film License to Kill – Ringkasan Cerita
James Bond dan Felix Leiter (seorang agen CIA yang juga sahabat Bond) berencana untuk menangkap seorang penjahat narkoba berbahaya bernama Franz Sanchez di Amerika Tengah. Mereka berhasil menangkap Sanchez, tetapi rencana mereka berubah ketika seorang pengkhianat di dalam agen CIA membantu Sanchez melarikan diri.
Table of Contents
Setelah melarikan diri, Sanchez membalas dendam pada Leiter dengan cara yang sangat brutal. Dia menyuruh bawahannya untuk membunuh Leiter dengan cara melemparkannya ke dalam kolam hiu dan memberi perintah agar istrinya, Della (Priscilla Barnes), juga dibunuh. Selain menyebabkan cedera serius pada Leiter dan kematian Della, hal ini pun membuat Bond marah.
Bond meminta izin untuk mengejar Sanchez dan membalas dendam pada penjahat tersebut. Namun, atasanya di MI6, M (Robert Brown), menolak permintaan tersebut karena menilai itu sebagai tindakan pribadi yang tidak profesional. Meski demikian, Bond memutuskan untuk mengabaikan perintah atasan dan mengambil cuti dari MI6 untuk melanjutkan misinya sendiri.
Film License to Kill – Ringkasan Cerita
Dengan bantuan Pam Bouvier, seorang agen CIA yang juga memiliki dendam pribadi pada Sanchez, Bond memasuki dunia kejahatan narkoba yang berbahaya. Mereka berusaha untuk merusak operasi narkoba Sanchez dan mencari cara untuk menjatuhkannya.Selama perjalanan mereka, Bond bertemu dengan beberapa karakter menarik, termasuk Lupe Lamora, seorang wanita yang bekerja untuk Sanchez tetapi ingin melarikan diri dari pengaruhnya.
Selain itu, Bond juga bertemu dengan Milton Krest (Anthony Zerbe), seorang rekan bisnis Sanchez yang terlibat dalam kejahatan narkoba.Seperti biasanya, Bond pun menghadapi berbagai hal, mulai dari pertarungan di dalam pesawat terbang, penguntitan dengan perahu selam, hingga sebuah pertempuran dramatis di atas tanker minyak yang meledak. Bond juga menggunakan keterampilan penyamarannya yang legendaris untuk menyusup ke dalam operasi narkoba Sanchez.
Di sisi lain, saat berusaha untuk membalas dendam pada Sanchez, Bond juga menghadapi konflik internal dalam timnya, terutama dengan Pam Bouvier, yang kadang-kadang meragukan keputusan dan motivasi Bond. Film ini mencapai puncaknya dalam pertarungan epik antara Bond dan Sanchez di atas tanker minyak yang terbakar. Dapatkah Bond mengalahkan Sanchez, menyelamatkan Lupe, dan menghancurkan operasi narkoba yang berbahaya?
Film License to Kill dan Beberapa Kelebihannya
Aksi yang Meyakinkan
Salah satu kelebihan utama dari License to Kill adalah aksi yang meyakinkan dan spektakuler. Film ini menampilkan sejumlah adegan aksi yang impresif, termasuk pertarungan fisik, pengejaran, dan pertempuran besar. Sekali lagi, Glen menunjukkan kompetensinya sebagai sutradara kelas atas melalui pengarahannya yang baik. Di samping itu, adegan-adegan tersebut juga membuktikan penyajian efek visual khusus yang sangat memadai pada masa itu.
Aksi-aksi tersebut dapat memuaskan para penggemar aksi dan membawa sensasi yang sesuai dengan genre film James Bond. Tidak sedikit pula kritikus yang memberi apresiasi bagus untuk hal ini. License to Kill memiliki totalitas dalam mengemas setiap adegan aksinya demi menghibur para penggemar setia Bond.
Konsistensi Pemeran Utama
Kedua, Timothy Dalton memberikan penampilan yang konsisten dan kuat sebagai agen rahasia yang tangguh. Dia membawa elemen serius dan pribadi ke karakter Bond, yang sesuai dengan pendekatan lebih gelap yang diambil dalam film ini. Konsistensi dalam penampilan Dalton membantu menguatkan peran karakter utama dan membuatnya lebih menarik bagi penonton.
Secara personal, saya mengagumi sosok pemeran agen 007 yang satu ini. Pasalnya, ia menunjukkan konsistensi tersebut di tengah derasnya kritik dari berbagai pihak. Namun, Dalton tetap pada pendiriannya. Ia memilih mendalami figur dan karakter Bond berdasarkan penggambaran Ian Fleming dalam novelnya. Dengan demikian, baik dalam The Living Daylights maupun License to Kill, Bond adalah Timothy Dalton, bukan replika atau warisan dari pemeran-pemeran sebelumnya.
Aspek Cerita yang Kuat
Derek Malcolm dari The Guardian mengatakan License to Kill memiliki cerita yang sangat kuat. Artinya, dalam film ini, penekanan penyajiannya lebih kepada unsur-unsur yang ada dalam ceritanya. Misalnya, kita akan mendapatkan perhatian lebih pada konflik pribadi Bond dengan penjahat utama, Franz Sanchez. Ini merupakan sisi cerita yang lebih personal daripada beberapa film Bond lainnya.
Buktinya, Anda dapat melihat bagaimana Bond memutuskan untuk melanggar perintah MI6 demi membalas dendam atas pengkhianatan yang menghancurkan temannya. Dengan kata lain, film ini memberikan kedalaman karakter kepada Bond dan memberikan latar belakang emosional yang lebih mendalam untuk tindakan dan motivasinya.
Ketegangan yang Intens
License to Kill menciptakan ketegangan yang intens sepanjang cerita. Ketegangan tersebut datang dari konflik utama antara Bond dan Sanchez. Anda akan melihat bagaimana keduanya saling memburu satu sama lain. Pertarungan fisik dan pertempuran besar juga meningkatkan ketegangan dan menjaga ketertarikan penonton selama film.
Selain itu, pertanyaan apakah Bond akan berhasil dalam misinya yang sangat pribadi juga menambahkan elemen ketegangan yang kuat. Pada bagian inilah kita akan menemukan performa terbaik Dalton sebagai Bond. Penggambarannya tentang Bond yang lebih kelam membawa hasil yang bagus pula.
Film License to Kill dan Beberapa Kelemahannya
Bond yang Sangat Amerika
Salah satu kritik yang sering terhadap License to Kill adalah film ini membuat karakter James Bond menjadi sangat Amerika. Padahal, sejak mula, James Bond adalah seorang agen rahasia MI6 yang sangat kental dengan unsur klasik khas Britania. Baik dari pembawaan maupun aksinya, Bond senantiasa menunjukkan sisi elegan dan kelasnya yang tinggi.
Mungkin, selain karakterisasi dari Dalton, film ini hendak mengejar tren aksi Amerika yang memang sedang naik daun kala itu. Akibatnya, di sini kita akan melihat sosok Bond sebagai seorang agen yang lebih kasar dan individualis, yang merupakan depresiasi elemen keanggunan dan kecerdasan tradisional karakter Bond.
Tidak Ada Penjahat Super
Biasanya, dalam film James Bond, penjahatnya memiliki karakteristik khusus atau obsesi yang unik, seperti Blofeld atau Goldfinger. Namun, dalam film ini, penjahat utamanya adalah seorang gembong narkoba bernama Franz Sanchez. Meskipun Robert Davi memerankan karakter tersebut dengan baik, Sanchez tidak mungkin selevel musuh utama Bond yang lainnya.
Di satu sisi, hal ini bisa menjadi keunikan tersendiri karena film terdahulunya pun sempat mengembangkan tema serupa. Akan tetapi, beberapa pendapat spekulatif pun muncul sebagai akibatnya. Para penulis cerita film ini sengaja membangun konsep Bond sesuai dengan bagaimana sang pemeran menggambarkannya.
Adegan Kekerasan Sedikit Berlebihan
Kemudian, Film ini memiliki adegan kekerasan yang lebih eksplisit dan cukup berlebihan. Contohnya, lihatlah saja bagaimana Bond memperlakukan atau memberi hukuman pada penjahatnya. Mungkin, justru tidak berlebihan jika saya menyebutnya sebagai “sangat Dalton” atau Dalton sekalai”. Akibatnya, sebagian penonton mungkin merasa bahwa hal-hal tersebut berlebihan atau terlalu kasar. Tentunya, jika kita membandingkan sisi tersebut dengan film Bond sebelumnya.
Stagnasi dalam Persaingan
Barangkali, serial James Bond kali ini mengalami stagnasi karena semakin ketatnya persaingan dalam film bergenre laga atau aksi. Pasalnya, saat itu banyak pesaing yang lebih menarik minat untuk penonton film aksi lain, seperti Batman dan semacamnya. Maka, popularitas 007 pun mengalami terjun bebas ke titik terendah sepanjang waktu.
Mungkin, pemirsa kala itu merasa bosan mendapat suguhan cerita petualangan seorang mata-mata berusia 25 tahun ketimbang Arnold Schwarzenegger atau Silvester Stallone. Dampak lainnya dari hal ini adalah pendapatan box office yang tidak seberapa dan penyetopan sementara pembuatan film.
Kesimpulannya, meskipun Film License to Kill memiliki beberapa kelemahan, film ini juga memiliki kelebihan sebagaimana kita telah membicarakannya di atas. Kemudian kelemahan ini mungkin saja berdasarkan persepsi dan penerimaan film oleh para penonton, penggemar, maupun para kritikus.