Revenge of The Fallen - Film Transformers 2009

Review Revenge of The Fallen – Film Transformers 2009

  • Ide cerita
  • Plot
  • Karakter
  • Sinematografi
  • Timing
  • Efek visual
  • Penataan latar
  • Sound
  • Pesan moral
  • Logika cerita
3.1/5Overall Score
Specs
  • Produser: Steven Spielberg
  • Sutradara: Michael Bay
  • Skenario: Roberto Orci
  • Sinematografer: Ben Seresin
  • Musik: Steve Jablonsky
  • Distributor: Paramount Pictures
  • Rilis: 8 Juni 2009
  • Durasi: 149 menit
Pros
  • Efek visual luar biasa
  • Aksi yang intens
  • Sedikit upaya dramatis
Cons
  • Plot semakin kompleks
  • Pengembangan karakter terbatas
  • Durasi terlalu panjang

Transformers kembali memasuki pasaran pada tahun 2009 dengan sekuelnya yang berjudul Revenge of The Fallen. Kini, saya menyaksikan nama Steven Spielberg dengan sangat jelas sebagai produsernya. Michael Bay juga masih menyutradarai film ini dan sepertinya ia sangat bersenang-senang meskipun film ini mendapat banyak kritik. Lho, mengapa bisa demikian? Bukankah kalau film aksi dan spesial efeknya bagus, sudah pasti bagus juga ya? Hmmm, saya kira tidak seperti itu Fergusso karena kalau demikian, setiap film pasti akan mendapat ulasan mengesankan dan rating tinggi. Oke, perkenankan kami mempersembahkan Revenge of The Fallen. 

Revenge of The Fallen – Sinopsis

Pada zaman Mesir kuno, Seeker of the Sun alias The Fallen tidak menyetujui keputusan para Prime berkenaan dengan sebuah mesin bernama Enrgon yang telah mereka tanam di Bumi. Sadar tidak dapat menandingi The Fallen, para Prime mengorbankan diri untuk menyegel mesin tersebut 

Di masa kini, sejak eksistensinya dalam insiden AllParks beberapa waktu lalu, para Autobots kini bekerja sama dengan sebuah organisasi bernama NEST untuk membersihkan para Decepticons yang ada di Bumi. Dalam tim tersebut, mereka juga berpartner dengan William Lenox yang kini telah berpangkat mayor. 

Kemudian, kita melihat Sam Witwicky yang tengah bersiap pergi ke perguruan tinggi, meninggalkan Optimus Prime dan Autobots untuk menjalani kehidupan normal. Meski berat karena harus menjalani LDR dengan Mikaela, Sam merasa yakin kalau hubungan keduanya akan baik-baik saja. 

Revenge of The Fallen – Sinopsis

Sebuah insiden membuat Sam tanpa sadar terinfeksi oleh pecahan AllSparks dan membuatnya mendapat proyeksi berupa simbol-simbol kuno yang mengarah ke Energon, sumber kekuatan Transformers. Sementara itu, para Decepticons berhasil membangkitkan Megatron dan berusaha mendapatkan simbol-simbol tersebut untuk menghidupkan kembali The Fallen. Bersama The Fallen, mereka berniat memaksa Bumi menjadi habitat baru bagi kaumnya.

Berawa dari sebuah insiden di kampus, Sam yang sedang bermasalah dengan Mikaela kembali menjadi objek buruan para Decepticons. Untungnya, Optimus da Bumblebee tiba tepat waktu dan menyelamatkannya. Sayangnya, demi menyelamatkan Sam, Optimus Prime harus menghadapi gempuran dari para Decepticons yang membuatnya gugur di tangan Megatron. Merasa bersalah atas kematian Optimus, Sam pun bertekad memecahkan simbol-simbol yang merasukinya dan menggagalkan kembali rencana Megatron untuk menguasai Bumi. 

Revenge of The Fallen – Ulasan 

Efek Visual Luar Biasa

Sebagamana pendahulunya, Revenge of The Fallen masih memimpin dalam hal penggunaan efek visual. Setiap transformasi robot, pertempuran yang melibatkan serangkaian efek khusus, serta detail visual dalam menciptakan dunia Transformers memukau penonton. Pastinya, hal ini berkat penggunaan teknologi CGI yang canggih menghadirkan Transformer dalam bentuk yang sangat realistis dan mendetail. Kita dapat merasa seolah-olah berada di tengah-tengah pertempuran antara robot-robot raksasa. Efek visualnya tidak hanya menambahkan nilai hiburan film ini, tetapi juga menjadi salah satu faktor yang menjadikan suasananya lebih realistis. 

Aksi yang Intens

Mungkin, tidak berlebihan jika saya menyebut film ini sebagai pesta aksinya seorang Michael Bay. Walaupun sebagian pengamat menganggap adegan pertempurannya cukup membingungkan dan kurang realistis, saya tetap merasa pertempuran antara Autobots dan Decepticons sangat spektakuler. Gabungan koreografi pertempuran yang kompleks dengan efek visual yang mengagumkan itu melahirkan Adegan aksi yang melibatkan perkelahian antar-robot, tembakan senjata, dan ledakan besar yang akan memenuhi atmosfer dengan adrenalin. Tak salah juga jika saya menyebut ini adalah film yang cocok bagi pecinta aksi yang menginginkan hiburan tanpa henti dan ketegangan yang tidak henti.

Revenge of The Fallen – Ulasan 

Sedikit Upaya Dramatis

Sebenarnya, salah satu ciri khas film ini adalah fokusnya yang relatif rendah pada pengembangan karakter dan narasi mendalam. Meskipun beberapa film aksi modern lebih menekankan pada kedalaman karakter, “Transformers: Revenge of the Fallen” mengambil pendekatan yang lebih ringan. Ini adalah kelebihan bagi mereka yang mencari hiburan aksi murni tanpa terlalu banyak kompleksitas cerita atau karakter. Terlepas dari semua itu, saya tak pernah ragu menyebut adegan kematian Optimus Prime sebagai momen paling dramatis dalam film ini. Saya merasa pertarungannya dengan Megatron dan kawan-kawan cukup epik dan berkesan. Lagi pula, hal itu juga yang menjadi titik balik bagi seorang Sam Witwicky. 

Plot Semakin Kompleks

Salah satu kelemahan film ini adalah plotnya yang semakin kompleks. Dalam hal ini, saya meyetujui pandangan sebagian kritikus karena sungguh banyak transisi yang cukup mampu membuat saya kehilangan jejak. Cerita film ini mencoba menggabungkan berbagai elemen, seperti simbol-simbol kuno, legenda Transformers, dan ambisi jahat Decepticons yang ingin menguasai Energon. Sayangnya, kebanyakan dari hal tersebut mengalami pengemasan dalam jalan cerita yang rumit sehingga akan cukup sulit untuk mengikutinya. Plot yang kompleks ini dapat membingungkan penonton, terutama bagi mereka yang tidak terlalu familier dengan cerita Transformers. Selain itu, beberapa elemen cerita tidak sepenuhnya mendapat penjelasan dan sangat mungkin untuk, menyebabkan kebingungan.

Revenge of The Fallen – Ulasan 

Pengembangan Karakter Terbatas

Setelah sedikit bumbu drama antara Sam dan Mikaela, Revenge of The Fallen memang lebih berfokus pada aksi dan efek visual daripada pada pengembangan karakter. Padahal, saya sedikit berharap akan adanya eksplorasi terhadap kisah keduanya. Namun, baik mereka berdua, Leo, Mayor Lennox, hingga Simmons yang muncul kembali seolah tidak mengalami perkembangan karakter yang signifikan selama film. Padahal, Simmons justru sempat membuat kejutan dengan aksinya yang badass. Di samping itu, sebenarnya saya ingin berkenalan lebih dekat dengan para robot baru yang muncul di sini, seperti Jetfire dan Starscream. Sayangnya, hal itu tinggal menjadi keinginan.

Durasi Terlalu Panjang

Transformers: Revenge of the Fallen memiliki durasi yang cukup panjang, dengan lebih dari dua setengah jam. Sebagaimana film sebelumnya, hal ini masih menjadi perhatian banyak pihak. Mungkin bahkan sebagian penonton merasa bahwa film ini terlalu lama untuk jenis hiburan aksi yang ditawarkan. Oke, saya mengakui bahwa adegan di tengah gurun itu cukup membuat saya kelelahan saat menontonnya. Aksi, efek dan pertarungannya memang bagus, tetapi cukup jenuh juga jika harus menahan napas setiap beberapa detik sekali hanya untuk menantikan hal yang serupa berulang kembali. 

Nah, demikianlah Revenge of The Fallen. Garang, tegang, dan cukup panjang. Oh, tolong jangan berpikir terlalu jauh tentang tiga kata yang saya sebutkan sebelum kalimat ini, meskipun saya harus mengakui kalau di sini Mbak Megan tetap – atau bisa jadi justru – semakin seksi.

rimbapena
rimbapena

Seorang penulis lepas dan pengajar di kota Surabaya yang memiliki dedikasi yang tinggi terhadap penulisan dan concern terhadap sistem pendidikan di Indonesia.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *