Tris Prior dalam Insurgent - Sinopsis dan Ulasan Film

Tris Prior dalam Insurgent – Sinopsis dan Ulasan Film

  • Ide cerita
  • Plot
  • Karakter
  • Sinematografi
  • Timing
  • Efek visual
  • Penataan latar
  • Sound
  • Pesan moral
  • Logika cerita
3.4/5Overall Score
Specs
  • Produser: Douglas Wick
  • Sutradara: Robert Schwentke
  • Skenario: Brian Duffield & Akiva Goldsman
  • Sinematografer: Florian Ballhaus
  • Musik: Joseph Trapanese
  • Distributor: Lionsgate
  • Rilis: 11 Maret 2015
  • Durasi: 119 menit
Pros
  • Totalitas pemeran karakter utama
  • Intensitas Aksi lebih baik
  • Efek khusus cukup bagus
  • Peningkatan dalam sinematografi
Cons
  • Ketegangan kurang terasa
  • Menjauhi konsep cerita awalnya

Saya sengaja menjadikan nama karakter utama, yaitu Tris Prior sebagai judul dalam tulisan ini. Alasannya, setelah memasuki pasaran pada tahun 2015, film ini mendapat beragam ulasan. Dengan menyesal saya harus mengatakan bahwa sebagian besarnya tidak terlalu baik. Namun, akting Shailene Woodley mendapat banyak pujian baik dari pengamat maupun penonton seri kedua dari Divergent ini. Robert Schwentke menyutradarai film berdurasi 119 menit ini. Bagaimana kelanjutan kisah Beatrice alias Tris sebagai seorang divergent? Sebaiknya, kita mulai membicarakan hal itu melalui tulisan berjudul Tris Prior dalam Insurgent – Sinopsis dan Ulasan Film ini. 

Tris Prior dalam Insurgent – Sinopsis Film

Tris Prior (Shailene Woodley) dan Four (Theo James) berada dalam pelarian di tengah pemberontakan bersama Caleb Prior dan Peter. Jeanine Matthews (Kate Winslet), pemimpin faksi Erudite masih memburu mereka. Pasukan Jeanine mendatangi faksi Amity untuk mencari para Divergent yang dianggap berbahaya. Di sisi lain, Jeanine telah memegang kotak pesan rahasia masa depan dunia yang selama ini disembunyikan oleh Abnegation. Kotak itulah yang menjadi alasan Jeanine memburu para Divergent karena hanya Divergent murni yang mampu membukanya. 

Tris dan Four menghadapi berbagai masalah dan bahaya dalam pelarian mereka. Termasuk, Peter yang berkhianat dan membelot kepada Jeanine, Caleb yang memilih pergi, hingga pertarungan dengan kaum Factionless. Untuk melawan Jeanine, Tris dan Four meminta bantuan kaum Candor sehingga mau tak mau, mereka harus melakukan tes kejujuran dengan serum yang menyakitkan. Hal itu mudah bagi Four, tetapi tidak bagi Tris karena selama ini Tris menutupi banyak hal dari masa lalunya menyakitkan sehingga serum tersebut membuatnya merasa kesakitan. 

Ketika akhirnya kaum Candor berpihak pada mereka, pasukan kaum Erudite menyerang. Bahkan, Jeanine melakukan hal yang cukup kejam untuk membuat Tris menyerahkan diri. Demi mencegah banyak korban jiwa, Tris pun memutuskan untuk menyerahkan diri dan mengikuti perintah Jeanine. Apakah Tris berhasil melalui simulasi dan membuka kotak pesan dari para founder? Bagaimana nasib mereka yang berstatus Divergent dan Factionless kemudiaan? 

Tris Prior dalam Insurgent – Ulasan Film

Totalitas Pemeran Karakter Utama

Sepertinya, tak ada yang meragukan totalitas pemeran karakter utama, khususnya Shailene Woodley. Ia memainkan Tris Prior dengan sangat baik. Shailene membawa karakter Tris dengan intensitas emosional yang sesuai dengan perjalanan karakternya. Penonton dapat merasakan ketegangan internal yang dialaminya saat dia berjuang untuk memahami identitasnya. Bahkan, potongan rambutnya pun memiliki kesan dan koneksi yang kuat dengan kondisi Tris dalam film ini. 

Di sisi lain, Theo James memberikan Four dengan kekuatan dan ketegasan yang konsisten dengan karakternya. Koneksi keduanya sebagai pasangan juga sangat kuat, membuat hubungan antara Tris dan Four sangat meyakinkan. Memang, tak ada yang akan menyangkal kuatnya hubungan mereka. Pasalnya, keduanya telah berulang kali mengalami bahaya yang bisa mengancam nyawa. Keduanya juga telah bertarung bersisian dalam beberapa momen. Singkatnya, Four mampu mengimbangi sosok Tris yang tangguh namun begitu rentan dengan Ketegasan dan pengalaman-pengalamannya. 

Intensitas Aksi yang Lebih Baik

Insurgent menghadirkan aksi yang lebih intens dan spektakuler. Pastinya, hal itu akan semakin jelas bila kita membandingkannya dengan film Divergent. Film ini menampilkan pertempuran yang lebih besar, kejar-kejaran yang lebih ekstrem, dan konfrontasi yang lebih seru. Tentunya, hal ini memberikan energi tambahan bagi filmnya dan membuat penonton merasa ikut terlibat dalam setiap adegan aksi. Peningkatan adegan aksi ini memberikan lapisan dramatis yang lebih kuat pada cerita, yang menambah daya tariknya.

Tris Prior dalam Insurgent – Ulasan Film

Efek Khusus yang Cukup Bagus

Insurgent memanfaatkan efek visual dan efek khusus dengan baik untuk menciptakan dunia distopia yang meyakinkan. Adegan simulasi, di mana karakter-karakter terlibat dalam percobaan mental yang berbahaya, memanfaatkan efek khusus untuk menggambarkan pengalaman dalam alam bawah sadar yang terkadang mengerikan. Selain itu, efek visual tersebut juga mampu menggambarkan elemen-elemen fiksi ilmiah, seperti serangan-kilat dan pertempuran-pertempuran yang spektakuler. Semua ini membuat film lebih menarik secara visual.

Peningkatan dalam Sinematografi

Masih membandingkan dengan prekuelnya, saya harus mengatakan bahwa sinematografi dalam Insurgent ini lebih kompleks dan menarik. Pengambilan gambar yang lebih cermat dan pencahayaan yang efektif membantu menciptakan atmosfer yang lebih kuat dan mendalam dalam film. Setiap adegan, baik yang penuh aksi maupun yang lebih emosional, mendapat arahan dengan baik dan visualisasi yang menarik. Kita kurang mendapatkan gambaran mengenai masing-masing faksi dalam film sebelumnya. 

Sebab, sebagian besar cerita saat itu berfokus kepada latar di mana Tris berada, yaitu wilayah para Dauntless. Namun, di sini kita akan mendapat gambaran lebih dalam mengenai masing-masing faksi masyarakat yang ada. Walaupun tidak terlalu lama, saya merasa hal ini cukup untuk meningkatkan daya tarik film dan membuat penonton lebih dapat mendalami konstruksi dunia fantasi di dalamnya. .

Tris Prior dalam Insurgent – Ulasan Film

Ketegangan Kurang Terasa

Meskipun film ini menawarkan aksi yang lebih intens, beberapa penonton mungkin merasa bahwa ketegangannya kurang mendalam. Memang, aliran aksi dalam Insurgent lebih seru, tetapi tidak dengan kejutan-kejutannya. Di sisi lain, kita dapat melihat eksplorasi lebih dalam konflik antarkarakter, intrik, dan politik yang membuat plot cerita ini melahirkan beberapa cabang baru. Sayangnya, dengan plot yang kompleks dan hubungan antarkarakter saja, terkadang tidak selalu mampu menghadirkan ketegangan yang kuat. Di samping itu, beberapa momen dramatis yang ada dalam novel mungkin kurang mendalam dalam adaptasi filmnya. Tampaknya, sebagian besar fokus film kali ini tertuju pada elemen aksi dan visual.

Menjauhi Konsep Cerita Awalnya

Sebagian pengamat dan kritikus film menganggap Insurgent mulai menjauhi konsep cerita awal yang lebih berfokus pada sistem fraksi yang unik dalam dunia distopia. Sebagaimana yang telah saya sampaikan sebelumnya, Insurgent lebih berfokus pada aksi dan elemen fiksi ilmiah. Entah jika Anda yang menontonnya, tetapi sejak sepertiga awal film ini berlangsung, saya sempat melupakan dasar cerita tentang pembagian sistem faksi yang ada dalam masyarakat. Memang, Tris dan Four membawa kita keliling Chicago dan memasuki wilayah beberapa faksi. Akan tetapi, bahkan pada saat itu, saya selalu menantikan bagaimana kedua tokoh utama tersebut beraksi. 

Jika ada satu hal yang menarik untuk menjadi bahan pembicaraan lebih lanjut, mungkin adalah karakter Peter yang menyebalkan dan jati diri Four sendiri. Pasalnya, di sini kita baru mengetahui siapa nama asli Four dan apa saja rahasia yang ia miliki. Selain itu, perkembangan karakter dari Peter cukup menarik perhatian. Miles Teller memerankan tokoh ini dengan sangat baik karena saya sempat pula merasa sungguh sebal pada perangainya. Meski demikian, Shailene tetaplah bintang utama kita kali ini dan ia sungguh telah menyelamatkan film ini sebagai Tris Prior. Demikian Tris Prior dalam Insurgent – Sinopsis dan Ulasan Film. Semoga bermanfaat.

rimbapena
rimbapena

Seorang penulis lepas dan pengajar di kota Surabaya yang memiliki dedikasi yang tinggi terhadap penulisan dan concern terhadap sistem pendidikan di Indonesia.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *