Sinopsis The Fast and The Furious: Tokyo Drift
Ulasan Film Tokyo Drift ini merujuk pada film ketiga dari fanchise The Fast and The Furious. Sean Boswell (Lucas Black) mendapat masalah dari teman sebayanya yang seorang atlet. Si atlet yang cemburu karena Sean berbicara dengan ceweknya menjadikan balap liar untuk menuntaskan permasalahan itu. Sialnya, balapan itu benar-benar menjadi liar sehingga Sean dan Clay, si atlet, mengalami kecelakaan, babak belur dan berakhir di kantor polisi.
Table of Contents
Clay beruntung karena orang tuanya memiliki pengaruh dan dapat membebaskannya, tetapi tidak dengan Sean. Untuk menghindari hukuman, Ibu Sean mengirimnya ke Tokyo agar tinggal bersama ayahnya. Maka, Sean pun mulai bersekolah di Negeri Sakura itu. Kesialan seolah senang menempel pada Sean karena di kota itu ia kembali mendapat masalah yang serupa, tetapi lebih buruk.
Gara-gara cewek, Sean harus menghadapi seorang pemuda berjululan DK (Drift King) dalam sebuah balap mobil. Masalah semakin rumit karena DK yang bernama asli Takashi (Brian Tee) adalah keponakan dari seorang yakuza bernama Kamata. Untungnya, selain musuh, Sean juga mendapatkan seorang teman bernama Han (Sung Kang) yang kemudian melatihnya menjadi seorang drifter.
Ulasan Film Tokyo Drift
Di mana Brian dan Dom?
Penonton setia The Fast and The Furious pasti merasa bingung saat pertama kali menonton film yang rilis pada tahun 2006 ini. Pasalnya, karakter dan latar dalam film ini berbeda total dari dua film sebelumnya. Jika dua film sebelumnya menceritakan kita masih menemukan Brian yang merupakan tokoh utama ceritanya, kini Brian bahkan tak tampak batang hidungnya sepanjang cerita.
Kemunculan Dominic Toretto di akhir film yang menantang Sean dalam drift race adalah satu-satunya benang merah yang menuntun terbukanya hubungan antara Tokyo Drift dengan franchise Fast and Furious ini. Dom juga memperkenalkan karakter Han sebagai sahabatnya dan siapa pun yang menonton sekuel film ini selanjutnya pasti akan mendapat jawaban mengenai siapa sosok Han.
Tokyo Drift merupakan film pertama dari serangkaian kisah Fast and Furious yang menjadikan Justin Lin sebagai sutradaranya. Kita pun harus mengakui kesuksesan Chris Morgan sebagai penulis skenario dalam menggarap cerita yang bisa membawa penontonnya penasaran dari awal hingga akhir. Selain itu, penceritaan dalam Tokyo Drift ini juga menandakan bahwa kita akan menemukan kisah-kisah lainnya dalam petualangan seorang Dominic Toretto.
Ulasan Film Tokyo Drift
Balap Liar dengan Teknik Tinggi
Fakta menarik dari The Fast and The Furious: Tokyo Drift ini adalah drifting itu sendiri. Drifting merupakan ajang balap mobil liar yang menggunakan teknik sliding. Awalnya, balap ilegal di Jepang ini menggunakan sirkuit alami di sebuah perbukitan dan mulai populer sejak tahun 1950-an. Drifting tidak sekadar memacu mobil dengan kecepatan tinggi, tetapi juga menuntut teknik pengendalian dalam bermanuver melewati tikungan-tikungan tajam.
Sosok yang mendapat julukan Drift King alias DK pertama kali adalah Keiichi Tsuchiya. Lin sendiri menampilkan Keiichi Tsuchiya dalam Tokyo Drift sebagai seorang nelayan. Ia hadir ketika Han melatih Sean melakukan drift dan mengomentari kekurangan karakter utama tersebut. Dari sisi performa, drift memang terlihat lebih berkelas dan elegan ketimbang balap liar jalanan yang biasanya.
Hal itulah yang menjadi pembeda dari Tokyo Drift ini dengan Fast and Furious lainnya. Alih-alih aksi kebut-kebutan yang mengandalkan modifikasi dan mesin NOS, drift cenderung mengasah skill dan ketenangan seorang pembalap. Lalu, apakah hal ini memperlihatkan perbedaan kelas antara pembalap asal Amerika dan Jepang?
Sepertinya tidak. Di akhir film, kita melihat bagaimana Dom menantang Sean untuk melakukan drift. Ia juga mengatakan bahwa telah memenangkan sebuah mobil dari Han. Dom merupakan seorang pembalap yang tidak hanya unggul dalam hal kecepatan dan nekad, tetapi juga memiliki teknik, pengalaman, dan ketenangan yang mumpuni. Dengan demikian, melalui Tokyo Drift ini, Morgan dan Lin seolah membangun ulang karakter Dominic Toretto sebagai pembalap jalanan yang multitalenta.
Ulasan Film Tokyo Drift
Menyegarkan atau Mengecewakan?
Terlepas dari apiknya seni drifting dalam ajang balap mobil, The Fast and The Furious: Tokyo Drift mendapat cukup banyak kritikan. Selain ketiadaan para karakter utama, yaitu Brian O’Conner dan Dominic Toretto (yang hanya muncul sebagai figuran di akhir cerita), sisi Jepang yang terlalu kebarat-baratan pun menuai banyak sorotan. Misalnya, dialog yang hampir semuanya menggunakan bahasa inggris dan minim bahasa Jepang sendiri seakan menggagalkan nuansa lokal yang hendak dimunculkan.
Di samping itu, banyak juga yang berpendapat karakter Sean dalam film ini tidak sekuat Brian dan Dom. Namun, keberadaan Han memiliki porsi yang pas dan sukses menjadi penyeimbang dari karakter utama tersebut. Meski tidak banyak menceritakan masa lalunya kepada Sean, Han cukup memiliki alasan untuk menempatkan Sean sebagai orang dekatnya.
Sebenarnya mobil-mobil mewah buatan Jepang yang tampil dalam film ini pun tidak kalah memanjakan mata di banding dua film sebelumnya. Seandainya Sean mewarisi Mitsubishi Lancer Evolution IX 2006 yang ia gunakan mengalahkan tangan kanan DK, mungkin terlihat akan lebih tangible. Akan tetapi, Lin memilih Ford Mustang Fastback 1967 sebagai mobil pamungkas yang dikendarai Sean untuk melawan DK.
Hubungan ayah-anak antara Mayor Boswell (Brian Goodman) dan Sean juga kurang memperlihatkan chemistry-nya. Meski tidak terlalu dekat, tidak sedikit yang berharap sang Mayor akan berurusan langsung dengan Kamata demi anaknya. Sayangnya, adegan tersebut tidak pernah terjadi.
Masih seru dan cukup menegangkan dari sisi aksi, tetapi kurang mengesankan dalam hal penguatan cerita, latar belakang dan karakter utamanya. Itulah kesan keseluruhan dari film The Fast and The Furious: Tokyo Drift ini.